skip to main content

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA KOREA DAN INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEER GROUP DENGAN INTENSITAS KHALAYAK MENONTON DRAMA SERI KOREA


Citation Format:
Abstract

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA KOREA DAN
INTENSITAS KOMUNIKASI DALAM PEER GROUP DENGAN
INTENSITAS KHALAYAK MENONTON
DRAMA SERI KOREA

ABSTRAK
Judul : Hubungan Motivasi Belajar Bahasa Korea dan Intensitas Komunikasi dalam
Peer Group dengan Intensitas Khalayak Menonton Drama Seri Korea
Nama : Azizah Oktavyana
Nim : D2C006015
Fenomena Korean wave di Indonesia ditandai dengan kepopuleran drama seri
Korea dan juga kebudayaan dan bahasa Korea. Permasalahannya adakah keterkaitan
antara motivasi belajar bahasa Korea dan juga intensitas komunikasi dalam peer
group dengan intensitas khalayak menonton drama seri Korea.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara motivasi
belajar bahasa Korea (X1) dan intensitas komunikasi dalam peer group (X2) dengan
intensitas khalayak menonton drama seri Korea (Y).
Upaya menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan teori
Dependensi (Dependency Theory) dengan menggunakan teori pendukung
Achievement Motivation Theory dan juga Teori Kelompok Rujukan. Penelitian ini
menggunakan metoda eksplanatori dengan perhitungan mengunakan uji Konkordansi
Kendall yang mengukur hubungan antara ketiga variabel.
Hasil penelitian menemukan bahwa variabel motivasi belajar bahasa Korea
responden tergolong rendah sedangkan variabel intensitas komunikasi dalam peer
group dan juga intensitas khalayak menonton drama seri Korea tergolong tinggi.
Hasil penelitian tersebut dilakukan uji hipotesis menghasilkan bahwa ada hubungan
antara motivasi belajar bahasa Korea dan intensitas komunikasi dalam peer group
dengan intensitas khalayak menonton drama seri Korea. Hal tersebut dibuktikan
dengan nilai chi-square hasil perhitungan yaitu 73,266 lebih besar dari r tabel yaitu
5,991. Nilai tersebut berarti bahwa Ha (ada hubungan di antara ketiga variabel)
diterima dan H0 (tidak ada hubungan antara ketiga variabel) ditolak.
Kesimpulan dari hasil uji hipotesis adalah ketika motivasi belajar bahasa Korea
digabungkan dengan intensitas komunikasi dalam peer group akan memiliki
hubungan yang kuat dan signifikan dengan intensitas khalayak menonton drama seri
Korea.
Kata Kunci : Belajar Bahasa Korea, Komunikasi dalam Peer Group, Drama Seri
Korea
ABSTRACT
Title : The relationship of motivation in learning Korean and the intensity
communication in peer groups with the audience intensity of watching Korean
drama series
Nama : Azizah Oktavyana
NIM : D2C006015
The Korean wave phenomenon in Indonesia can be seen with the popularity of
Korean drama series and also Korean culture and language. The problem is whether
there is realtionship between motivation in learning Korean and the intensity
communication in peer group with the intensity of watching Korean drama series.
The objectives of this research is to examine the relationship between
motivation in learning Korean (X1) and the intentisty communication in peer group
(X2) with the intensity of watching Korean drama series (Y).
In accordance with the research problem above, researcher applies Dependency
Theory supported with some theories which are Achievement Motivation Theory and
Reference Group Theory. This research uses explanatory methods that calculates
using Kendall concordance test that measures the relationship of those three
variables.
The result of this research shows that the variable of motivation in learning
Korean values low. But the other variables, the intensity communication in peer
group and the intensity of watching Korean drama series values high. The hypothesis
test of the result shows that there is a relationship between motivation in learning
Korean and the intensity communication in peer group with the intensity of watching
Korean drama series. It is statistically tested by the chi-square value that shows
73.266 which is higher than r-table which value is 5.991. The value shows that that
Ha (there is relationship between three variables) accepted and H0 (there is no
relationship between three variables) denied.
The conclusion of the the hypothesis test is when motivation in learning Korean
combine with the intensity communication in peer group will significantly have a
strong relationship with the intensity of watching Korean drama series.
Keywords: learning Korean, intensity communication in peer group, watching korean
drama series
PENDAHULUAN
Tayangan asal Korea, khususnya yang berbentuk drama seri semakin banyak
memadati program-program yang ada di stasiun televisi di Indonesia. Drama seri
Korea menjadi salah satu elemen penting dalam sejarah pertelevisian Indonesia.
Semenjak awal penayangannya di tahun 2002, hingga saat ini drama seri Korea masih
menjadi salah satu andalan stasiun televisi untuk menjaring pemirsa (Bintang Online,
2011).
Penayangan drama seri Korea di stasiun TV Indonesia memang cukup
mendapatkan tempat tersendiri pada pemirsanya. Perolehan rating dari drama seri
Korea tersebut juga tidak mengecewakan. Pada Juli 2011, serial Naughty Kiss dan
Dongyi yang ditayangkan di stasiun TV Indosiar pada jam tayang siang hari berhasil
meraih rating 3 dengan share lebih dari 20 (Bintang Online, 2012).
Penayangan drama seri Korea yang cukup digemari oleh pemirsa Indonesia
membuat pihak stasiun TV bahkan menayangkan kembali beberapa judul drama seri
Korea. Boys Over Flowers misalnya, drama seri Korea yang diadaptasi dari animasi
Jepang ini memang sangat terkenal di negara asalnya. Demam Boys Over Flowers
yang melanda Indonesia dimanfaatkan oleh stasiun TV Indosiar yang menayangkan
kembali drama seri tersebut di layar kaca Indonesia beberapa kali. Tercatat oleh AGB
Nielsen rating pada minggu kedua Juli 2010, Boys Over Flowers mendapatkan rating
3,1 dengan share 23,8. Perolehan rating tersebut cukup tinggi mengingat jam tayang
yang bukan di jam tayang utama (Lautan Indonesia Forum, 2010).
Maraknya penayangan drama seri Korea di Indonesia merupakan salah satu
bentuk dari suatu fenomena Korean wave atau yang juga biasa disebut Hallyu wave.
Korean wave merupakan suatu fenomena tersebarnya budaya pop Korea secara
global. Drama seri dan musik populer asal Korea yang sering disebut K-Pop
merupakan konten utama dari fenomena Korean wave. Selain mempopulerkan
budaya-budaya pop asal Korea, Korean wave juga memperkenalkan masyarakat
dunia dengan bahasa Korea dan budaya tradisional Korea
(http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu).
Pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Nuri Hidayati (2011) mencoba
menjelaskan pengaruh drama seri Korea terhadap minat mempelajari budaya dan
bahasa Korea. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya komunitas yang menaungi
para pecinta kebudayaan Korea di Indonesia, salah satunya Hansamo yang berbasis di
Kota Bandung. Komunitas yang berdiri pada 10 September 2006 itu pada tahun 2012
memiliki anggota kurang lebih sekitar 1.500 orang yang sebagian besar adalah kaum
remaja (Wanita Indonesia, 2012). Dengan rasa keingintahuan yang sedang
berkembang, remaja menjadi sangat mudah tertarik pada hal-hal baru yang atraktif
dan menarik minat mereka.
Munculnya ketertarikan khalayak pada budaya dan bahasa Korea merupakan
salah satu wujud dari pengaruh dari media massa. Namun, pengaruh kuat dari media
massa sudah tidak dapat diaplikasikan lagi dalam perkembangan teknologi yang
semakin maju. Dengan adanya teknologi, segala keputusan beralih kepada individu.
Begitu pula dalam menggunakan media. Individu mulai mempertimbangkan
kebutuhannya sebelum mengonsumsi media. Aspek kebutuhan pribadi seorang
individu menjadi salah satu faktor yang menentukan keputusan dalam mengonsumsi
media. Bagi para individu yang sedang mempelajari bahasa Korea, mereka akan
cenderung mengonsumsi media yang akan memberikan mereka pengetahuan yang
dapat membantu mereka dalam kegiatan belajar yang sedang mereka lakukan.
Remaja sebagai sosok yang memiliki emosi yang kurang stabil membutuhkan
pihak lain yang dapat memberikan motivasi lebih kepada mereka terutama untuk
mengambil keputusan, dalam hal ini menentukan tayangan apa yang akan mereka
tonton. Salah satunya yaitu peer group. Peer group sebagai kelompok utama dalam
kehidupan remaja menjadi role model utama remaja dalam berperilaku. Salah satunya
dalam menentukan tontonan yang mereka tonton.
Dari uraian di atas muncul pertanyaan apakah terdapat hubungan antara
motivasi belajar bahasa Korea dan intensitas komunikasi dalam peer group dengan
intensitas khalayak dalam menonton drama seri Korea. Dan bagaimana relasi
hubungan yang terjadi di antaranya?
ISI
Hubungan antara ketiga variabel yaitu motivasi belajar bahasa Korea, intensitas
komunikasi dengan peer group dan intensitas khalayak menonton drama Korea
dijelaskan oleh DeFleur dan Ball-Rokeach (1976) dalam teori Dependensi yang
melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis yaitu
1. Perspektif perbedaan individual,
Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personalpsikologis
individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari
lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut.
2. Perspektif kategori sosial,
Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompokkelompok
sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama.
3. Perspektif hubungan sosial.
Sedangkan perspektif hubungan sosial menekankan pentingnya peranan hubungan
sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa
(Rahmat, 2007:203-204).
Teori tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media oleh individu
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu perspektif individu, kategori atau kelompok sosial dan
hubungan sosial. Dalam penelitian ini perspektif individu merupakan motivasi belajar
bahasa Korea yang dapat mengarahkan individu dalam menggunakan media yaitu
drama Korea. Sedangkan perspektif kategori sosial dan hubungan sosial terdapat
dalam variabel lain dalam penelitian ini yaitu komunikasi dalam peer group. Individu
sebagai anggota dari peer group akan cenderung berperilaku sama dengan individuindividu
lain yang ada di dalam peer group tersebut.
Tipe penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tipe eksplanatif,
yaitu tipe penelitian yang menjelaskan hubungan atau korelasi antara motivasi belajar
bahasa Korea sebagai variabel pertama, intensitas komunikasi dengan peer group
sebagai variabel kedua, dan intensitas khalayak menonton drama seri Korea sebagai
variabel ketiga. Populasi dalam penelitian ini adalah Korean Studies Centre (KSC)
Universitas Diponegoro. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
mahasiswa anggota Korean Studies Centre Universitas Diponegoro yang berusia
antara 17-23 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Total
Sampling. Saat ini anggota KSC yang hanya ada 40 orang yang terdiri dari 35 orang
mahasiswa UNDIP dan 5 orang mahasiswa universitas lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis Konkordansi Kendall
menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) release 16.
Berdasarkan hasil uji SPSS di atas dapat dilihat bahwa koefiensi konkordansi Kendall
sebesar 0,916. Sedangkan untuk menguji signifikansi konkordansi Kendall tersebut
diadakan tes dengan menggunakan rumus chi-square. Dari perhitungan SPSS di atas
dapat diketahui nilai chi-square (X2) sebesar 73,266. Dalam table chi-square untuk
derajat kebebasan (df) 2 dan signifikansi 0,05 didapatkan nilai X2 pada tabel yaitu
5,99. Maka 73,266 > 5,99 berarti hubungan antara ketiga variabel dapat dikatakan
signifikan dan H0 (tidak ada hubungan antara ketiga variabel) ditolak dan Ha (ada
hubungan antara ketiga variabel) diterima.
Hasil uji hipotesis penelitian ini menghasilkan bahwa motivasi belajar bahasa
Korea, intensitas komunikasi dalam peer group dan intensitas khalayak menonton
drama seri Korea memiliki hubungan yang simultan dan signifikan. Uji hipotesis
yang menghasilkan hubungan yang simultan dan signifikan tersebut menandakan
bahwa apabila kedua variabel independen yaitu motivasi belajar bahasa Korea dan
intensitas komunikasi dalam peer group digabung maka akan memiliki hubungan
yang kuat dengan variabel dependen yaitu intensitas khalayak menonton drama seri
Korea.
Hasil uji hipotesis menjelaskan bahwa motivasi belajar bahasa Korea yang
tinggi bersama dengan tingginya intensitas komunikasi dalam peer group maka
intensitas khalayak menonton drama seri Korea juga akan tinggi. Hal ini sejalan
dengan Dependency Theory yang dikemukakan oleh Melvin De Fleur dan Sandra
Ball Rokeach yang menjelaskan bahwa adanya hubungan integral antara khalayak,
media dan sistem sosial (Littlejohn, 2004:267). Hal itu berarti bahwa khalayak
menggunakan media untuk memuaskan kebutuhan dan meraih tujuan mereka. Dalam
penelitian ini, media, yaitu drama seri Korea, digunakan oleh khalayak sebagai salah
satu sumber referensi yang digunakan dalam memahami bahasa Korea yang sedang
mereka pelajari dan juga digunakan sebagai salah satu sarana untuk melebur dalam
kelompok sosialnya yaitu peer group.
PENUTUP
Simpulan
1. Terdapat Hubungan Antara Motivasi Belajar Bahasa Korea (X1) dan Intensitas
Komunikasi dalam Peer Group (X2) Dengan Intensitas Khalayak Menonton
Drama Seri Korea (Y)
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan Konkordansi Kendall dan
juga uji Chi-Square didapatkan bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan lebih
besar dari r tabel yaitu 73,266 > 5,991. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang
simultan dan signifikan di antara ketiga variabel. Variabel independen yaitu
motivasi belajar bahasa Korea dan intensitas komunikasi dalam peer group
digabung dan menghasilkan hubungan yang simultan dan signifikan dengan
variabel dependen yaitu menonton drama seri Korea. Motivasi belajar bahasa
Korea yang rendah apabila digabungkan dengan intensitas komunikasi dalam peer
group yang tinggi akan menghasilkan hubungan yang simultan dan signifikan
dengan intensitas khalayak menonton drama seri Korea yang tergolong tinggi.
Saran
1. Saran Akademis
Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa ada hubungan antara faktor
internal dan eksternal seorang individu dalam mengonsumsi tayangan televisi
dalam hal ini drama seri Korea. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
penggunaan metode lain seperti metode kualitatif untuk meneliti lebih dalam.
Metode studi kasus dapat digunakan untuk memahami lebih dalam tentang
fenomena Korean wave yang sedang melanda Indonesia. Metode analisis resepsi
juga dapat digunakan dalam mengetahui proses penerimaan dan persepsi khalayak
mengenai fenomena Korean wave. Penelitian ini menggunakan drama seri Korea
sebagai salah satu aspek Korean wave, diharapkan juga bahwa ada penelitian
mengenai aspek-aspek lain seperti K-Pop, film Korea, ataupun penelitian tentang
penggemar Korean wave yang jumlahnya di Indonesia semakin bertambah.
2. Saran Praktis
Saran ini ditujukan pada praktisi media di bidang televisi, yaitu stasiun televisi.
Adanya fenomena Korean wave yang masih melanda Indonesia dapat
dimanfaatkan dengan menambah banyaknya tayangan dari Korea Selatan,
khususnya drama seri Korea. Penayangan drama seri Korea tidak hanya
memberikan hiburan bagi pemirsanya tetapi juga dapat memberikan wawasan baru
kepada pemirsa mengenai budaya Korea.
3. Saran Sosial
Adanya penelitian ini diharapkan dapat melihat sisi positif dari fenomena Korean
wave. Bahwa Korean wave bukan hanya fenomena yang terjadi di dalam industri
hiburan tetapi juga dapat menyentuh aspek edukasi. Fenomena Korean wave dapat
menambah wawasan global tetapi juga dapat menambah wawasan pribadi seorang
individu. Selain itu, peer group sebagai salah satu pihak terdekat dari seorang
remaja, tidak hanya dapat memberikan pengaruh buruk terhadap remaja tetapi juga
pengaruh positif dalam perkembangan remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku :
Ajzen, I. & M. Fishbein. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An
Introduction to Theory and Research. Reading: Addison-Wesley.
Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala E. 2004. Komunikasi Massa : Suatu
Pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Devito, Joseph. 1997. Komunikasi Antarmanusia Edisi 5. Jakarta : Proffesional
Books.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Gerungan, W.A. 2000. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harris, Richard Jackson. 2004. A Cognitive Psychology of Mass Communication
Fourth Edition. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates.
Korean Culture and Information Centre Ministry of Culture, Sports, & Tourism.
2011. K-Pop:A New Force in Pop Music. Seoul:Korean Culture and
Information Service.
Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana.
Littlejohn, Stephen W. & Karen A. Foss. 2005. Theories of Human Communication
Eight Edition. Toronto : Thomson Wadsworth.
Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. PT Rosda Karya Remaja,
Bandung.
Santoso, Slamet. 2009. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara.
Severin, Wener J. & James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi Sejarah, Metode,
dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta : Prenada Media.
Santrock, John W. 1996. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Winarso, Heru Puji. 2005. Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Wiryanto. 2006. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Grasindo.
Referensi Skripsi :
Alfitriarso, Koeshanindyo Suryo. (2007). Pengaruh Terpaan Tayangan Basket dan
Intensitas Komunikasi dalam Kelompok Referensi Terhadap Motivasi
Berprestasi Basket Mahasiswa UNDIP. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Hidayati, Nuri. (2011). Pengaruh Tayangan Drama Korea di Televisi Terhadap Minat
Mahasiswa Mempelajari Budaya dan Bahasa Korea. Skripsi. Universitas Bina
Nusantara.
Stephanie, Brian. (2009). Studi Mengenai Faktor-Faktor Preferensi Konsumsi
Televisi Lokal di Kota Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Referensi Internet :
AGB Nielsen. (2007). Newsletter Edisi November 2007. Dalam
http://cs.agbnmr.com/Uploads/Indonesia/AGB%20Nielsen%20Newsletter%20
Nov-Ind.pdf. Diunduh pada 2 Januari 2013 pukul 19.00 WIB.
AGB Nielsen. (2010). Newsletter Edisi Maret 2010. Dalam
http://www.agbnielsen.com/Uploads/Indonesia/AGBNielsenNewslettermarch2
010-Eng.pdf. Diunduh pada 2 Januari 2013 pukul 18.58 WIB.
Anggie, Hernowo. (2012). Winter Sonata dan Endless Love Hadir Lagi di antv.
Bintang Online. Dalam http://www.tabloidbintang.com/film-tvmusik/
kabar/59459-winter-sonata-dan-endless-love-kembali-hadir-di-antv.html.
Diunduh pada 2 Januari 2013 pukul 20.31 WIB.
Anonim. (2010). Diskusi Rating Televisi. Lautan Indonesia Forum. Dalam
http://www.lautanindonesia.com/forum/index.php?topic=69555.290. Diunduh
pada 10 Januari 2013 pukul 10.00 WIB.
Anonim. (2013). Hallyu. Wikipedia. Dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu.
Diunduh pada tanggal 3 Januari 2013 pukul 22:10 WIB.
Irwansyah, Ade. (2011). Apa Yang Mengawali Booming Drama Korea di TV?
(Bukan Endless Love, lho). Bintang Online. Dalam
http://www.tabloidbintang.com/extra/wikibintang/17961-apayangmeng%
20awali-booming-drama-korea-di-tv-bukan-endless-love-lho.html.
Diunduh pada tanggal 2 Januari 2013 pukul 20:01 WIB.
Rayendra, Panditio. (2012a). Drama Korea di TV Nasional Mulai Kehilangan
Pamor?. Bintang Online. Dalam http://www.tabloidbintang.com/film-tvmusik/
ulasan/54641-drama-korea-di-tv-nasional-mulai-kehilangan-pamor.html.
Diunduh pada 11 Januari 2013 pukul 07:39 WIB.
Rayendra, Panditio. (2012b). Ini Serial Korea yang Ceritanya Paling Memorable.
Bintang Online. Dalam http://www.tabloidbintang.com/hasil-polling/52097-
polling-report-ini-serial-korea-yang-ceritanya-paling-memorable.html. Diunduh
pada 11 Januari 2013 pukul 08.03 WIB.
Wardani, Pipit Ayu. (2012). Kian Cinta Budaya Anak Negeri dengan Hansamo.
Tabloidwanitaindonesia.net.Dalam
http://www.tabloidwanitaindonesia.net/CMpro-v-p-443.html. Diunduh pada 3
Januari 2013 pukul 20:55 WIB.

Fulltext

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.