skip to main content

KOMUNIKASI KELUARGA DAN PENGGUNAAN SMARTPHONE OLEH ANAK

*Ayu Isti Prabandari  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP
Lintang Ratri Rahmiaji  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP

Citation Format:
Abstract
Berdasarkan data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016, kelompok usia 10-24 tahun menduduki peringkat ketiga terbanyak pengguna internet di Indonesia. Sementara itu, sebesar 47,6 % pengguna internet di Indonesia mengakses internet dengan menggunakan perangkat mobile atau telepon pintar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi keluarga dan penggunaan telepon pintar oleh anak dengan orang tua bekerja maupun tidak bekerja. Peneliti menggunakan Digital Parental Mediation sebagai dasar teori berpikir dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan analisis metode fenomenologi. Subyek penelitian ini adalah keluarga dengan anak yang menggunakan telepon pintar dengan variasi orang tua bekerja dan tidak bekerja. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan telepon pintar anak baik dalam keluarga dengan orang tua bekerja maupun tidak bekerja mengurangi efektifitas komunikasi keluarga dilihat dari intensitas, komunikasi dua arah, sikap mendengarkan, empati dan perhatian. Di satu sisi keberadaan telepon pintar pada anak dengan orang tua bekerja menjadi solusi masalah komunikasi atas keterbatasan waktu dan jarak yang dimiliki keduanya. Akan tetapi kebiasaan penggunaan telepon pintar anak yang tidak mendapat kontrol yang baik dari orang tua dapat mengurangi kesempatan komunikasi langsung antara anak dengan orang tua di rumah. Dimana anak masih sering menggunakan telepon pintar di malam hari, padahal itu merupakan waktu yang dimiliki anak dan orang tua bekerja untuk berkumpul. Begitu pula anak dengan orang tua tidak bekerja. Keberadaaan telepon pintar justru menjadi faktor pengurang porsi komunikasi langsung dalam keseharian anak dan orang tua. Orang tua yang tidak memberikan pengaturan yang baik pada penggunaan telepon pintar anak membuat anak dapat bermain telepon pintar sesuai keinginannya, termasuk kebiasaan anak menghabiskan banyak waktu bermain telepon pintar di dalam kamar. Di samping intensitas komunikasi berkurang, kualitas komunikasi (respon, sikap keterbukaan) anak kepada orang tua juga dapat menurun. Temuan lain, yang membedakan efektivitas komunikasi keluarga bukan pada kondisi orang tua bekerja atau tidak bekerja tetapi lebih kepada sikap orang tua terhadap penggunaan telepon pintar anak (pengaturan batasan waktu, pengawasan). Baik orang tua bekerja maupun tidak bekerja sebaiknya berfokus pada literasi penggunaan telepon pintar pada anak agar komunikasi keluarga tetap berlangsung baik.
Fulltext View|Download
Keywords: komunikasi keluarga, penggunaan smartphone anak, anak

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.