skip to main content

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN KASUS SUAP WISMA ATLET DI MEDIAMASSA DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT ATAS KINERJA KPK DALAM MENUNTASKAN KASUS SUAP WISMA ATLET


Citation Format:
Abstract

RELATION BETWEEN NEWS EXPOSURE OF WISMA ATLETBRIBERY CASE IN MASS MEDIA WITH PUBLIC LEVEL OF TRUST INPERFORMANCE OF KPK IN SOLVING WISMA ATLET BRIBERYCASEPerformance of KPK experienced ups and downs since the KPK was formed.KPK is a hope for all the people of Indonesia for various cases of corruption thatare rampant in this country. News exposure about the successes of KPK on theleadership of Antasari Azhar formed the image of KPK as a legal institution thatis able to uncover and solve many of the existing corruption cases. News exposureabout the bribery case of Wisma Atlet gives people an image of KPK'sperformances. People can monitor the developments in Wisma Atlet case throughthe media and form an opinion about the performance of KPK.This study aimed to investigate the association between news exposure of WismaAtlet bribery case in mass media with public level of trust in performance of KPKin solving Wisma Atlet bribery case. Researchers used a quantitative approachwith the method of explanation (explanatory research) where the researchersexplain causal relationships between variables through hypothesis testing, whichdescribes the relationship or correlation between news exposure of Wisma Atletbribery case in mass media (X) on public level of trust in performance of KPK insolving Wisma Atlet bribery case (Y). Data obtained directly from respondents tothe questionnaire and use the stuffing questions.The results of this study showed no association between news exposure of WismaAtlet bribery case in mass media with public level of trust in performance of KPKin solving Wisma Atlet bribery case. The majority of respondents that have low,medium or high news exposure, give the same judgment, which is medium levelof trust in performance of KPK. This result shows that public level of trust inperformance of KPK in solving Wisma Atlet bribery case is not only influencedby the news exposure of Wisma Atlet bribery case.

PENDAHULUANMedia adalah suatu bagian dari komunikasi massa. Menurut Bittner komunikasi massaadalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. JallaludinRakhmat mengatakan komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukankepada khalayak yang tersebar, heterogen, anonim melalui media cetak atau elektronis sehinggapesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. (Rakhmat, 2007:188-189).Media massa menjadi sumber informasi sekaligus hiburan bagi manusia. Media massasebagai sumber informasi memberikan berbagai macam pengetahuan kepada manusia danmemberi manusia pandangan dalam memaknai berbagai hal. Media massa sebagai hiburanmemberikan manusia berbagai macam drama, komedi dan lain-lain yang dapat memenuhi hasratmanusia akan hiburan. Selain itu, media massa juga bisa dijadikan sebagai forum persuasi.Orang-orang membentuk opini dari informasi dan interpretasi atas informasi yang merekaterima. Ini berarti bahwa liputan berita sekalipun mengandung unsur persuasi (Vivian, 2008: 6)Media massa sebagai forum persuasi tentu saja mampu membuat opini-opini yangberkembang di masyarakat. Media massa mampu menggerakan sendi-sendi masyarakat untukmelakukan sebuah gerakan-gerakan yang besar. Di Indonesia sendiri dampak dari media massasendiri dapat kita lihat dari kasus-kasus yang sering diberitakan di media massa pada waktuwaktuyang lalu.Salah satu contohnya adalah ketika kasus Prita Mulyasari dengan Rumah Sakit OmniInternasional muncul di media massa. Pemberitaan media mengenai kejadian yang dialami Pritaterus menerus membuat banyak kalangan masyarakat ikut bersimpati. Puncaknya adalah ketikaterciptanya gerakan Koin untuk Prita, yang dilakukan untuk membayar denda yang dijatuhiuntuk Prita oleh pengadilan.. “Sejak gerakan Koin untuk Prita dideklarasikan, berbagai kalanganmasyarakat satu demi satu berdatangan ke Posko Jatipadang. Tidak ada satu pun dari merekayang mengenal Prita secara pribadi. Mereka umumnya hanya tahu Prita dari pemberitaan media”(http://megapolitan.kompas.com/read/2009/12/04/19465569/Koin.Peduli.Prita.Butuh.2.5.Ton.Recehan)Di pertengahan tahun 2011, kasus wisma atlet menjadi kasus yang sering diberitakan dimedia massa. Sampai saat ini kasus ini pun masih sering muncul di media massa. Kasus inimenjerat Nazarudin, yang pada saat itu menjabat sebagai anggota DPR RI. Selain itu kasus inijuga menyeret Angelina Sondakh dan menyebut-nyebut keterlibatan Anas Urbaningrum yangmerupakan Ketua Umum partai Demokrat.Kasus ini mulai mencuat sejak tahun 2011. Pada 21 April 2011, Komisi PemberantasanKorupsi menangkap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam, pejabatperusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo Rosalina Manulang karena didugasedang melakukan tindak pidana korupsi suap menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembarcek tunai dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp3,2 milyar di lokasi penangkapan. Keesokanharinya, ketiga orang tersebut dijadikan tersangka tindak pidana korupsi suap menyuap terkaitdengan pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26 di Palembang, Sumatera Selatan.Mohammad El Idris mengaku sebagai manajer pemasaran PT Duta Graha Indah, perusahaanyang menjalankan proyek pembangunan wisma atlet tersebut, dan juru bicara KPK Johan Budimenyatakan bahwa cek yang diterima Wafid Muharam tersebut merupakan uang balas jasa dariPT DGI karena telah memenangi tender proyek itu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Nazaruddin).Pemberitaan mengenai kasus suap Wisma Atlet memberikan masyarakat Indonesiagambaran mengenai kinerja KPK. Masyarakat dapat memantau perkembangan-perkembangankasus Wisma Atlet melalui media massa dan membentuk opini mengeni kinerja KPK.Pemberitaan mengenai Wisma Atlet di media massa sangat beragam.Koran Suara Merdeka memuat 64% berita yang positif, 12% berita yang negatif, dan24% bersifat netral atas kinerja KPK dari 25 sampel berita yang diambil. Sementara Kompasmemuat 45% berita positif, 40% berita negatif dan 15% netral dari 20 sampel berita. Metro TVmemuat masing-masing 40% berita yang positif dan negatif, dan 20% netral dari 30 sampelberita. Sementara TVOne memuat 66% berita yang positif, 20% berita negatif, dan 14% netraldari 30 sampel berita. Detiknews memuat berimbang 45% berita positif, 40% negative, dan 15&netral dari 20 sampel berita. Vivanews memuat 52% berita positif, 40% negatif, dan 8% netraldari 25 sampel berita. Jika dijumlahkan maka dari 150 sampel berita yang diambil dari seluruhmedia tersebut, 53% berita memberikan kecenderungan positif, 31% berita memberikankecenderungan negatif, dan 16% bersifat netral atas kinerja KPK dalam menuntaskan kasus suapwisma atlet.Media tersebut diambil sebagai sampel karena media tersebut merupakan media yangpopular di Indonesia. Suara Merdeka adalah salah satu koran yang banyak pembacanya. OplahSuara Merdeka sekitar 110.000 eksemplar (Company Profile Harian Suara Merdeka). HarianKompas terbit rata-rata 500.000 eksemplar per hari, dengan tingkat keterbacaan 1.850.000 perhari. Artinya, Kompas rata-rata dibaca oleh 1.850.000 orang per hari. (http://www.kompasgramedia.com/business/newspapers/kompas)TVone dan MetroTV menjadi stasiun TV unggulan dalam menyajikan berita-berita.Berdasarkan hasil survei kepemirsaan TV Nielsen Audience Measurement di 10 kota besar diIndonesia pada periode Januari-Maret 2010, porsi tayang program berita di 11 stasiun TVnasional masih sama dengan tahun lalu, yaitu sebesar 21% dari total durasi tayang televisi yangmencapai 23.760 jam atau sekitar 4996 jam. Jumlah ini paling besar dibandingkan programprogramlainnya, seperti hiburan (19%), film (16%), informasi (14%) atau serial (12%), terutamakarena kontribusi program-program berita Metro TV dan TV One. (http://xa.yimg.com/kq/groups/18715637/1197451071/name/Nielsen+Press+ReleaseNews_April+2010.pdf)Pada media online, Detiknews, Kompas.com dan Vivanews menjadi salah satu situs yangpaling sering diakses berdasarkan polling dari Alexa.com (http://www.alexa.com/topsites/countries/ID)Melalui Pemberitaan kasus suap Wisma Atlet yang gencar diberitakan oleh media, makapenting untuk dilihat adakah hubungan antara terpaan pemberitaan kasus suap Wisma Atlet dimedia massa dengan tingkat kepercayaan masyarakat atas kinerja KPK dalam menuntaskankasus suap Wisma Atlet.KERANGKA TEORITerpaan pemberitaan mengenai kasus suap Wisma Atlet yang mengena ke masyarakat,akan memberikan gambaran mengenai bagaimana penyelidikan kasus tersebut. KPK sebagailembaga yang mengusut kasus suap Wisma Atlet tersebut akan diawasi oleh masyarakat melaluimedia massa. Setiap perkembangan yang terjadi pada kasus suap Wisma Atlet yang diberitakanoleh media massa akan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai sejauh mana KPKbisa mengusut tuntas kasus suap Wisma Atlet. Pertama, informasi ini akan memberikan efekkognitif kepada masyarakat mengenai kinerja KPK yaitu pengetahuan tentang perkembangankasus. Informasi mengenai perkembangan kasus ini akan memberikan masyarakat penilaianmengenai kinerja KPK dalam mengusut kasus ini, yang selanjutnya akan membentukkepercayaan masyarakat atas kinerja KPK dalam menuntaskan kasus Suap wisam Atlet.Kepercayaan adalah semua pengetahuan yang dimiliki dan semua kesimpulan yangdibuat tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Objek dapat berupa produk, orang, perusahaan,dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalahkarakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki oleh objek. Manfaat adalahhasil positif yang diberikan atribut. (Mowen & Minor, 2002:312)Definisi tersebut memberikan gambaran mengenai kepercayaan masyarakat atas kinerjaKPK dalam menuntaskan kasus suap Wisma Atlet. Jika diuraikan maka kepercayaan masyarakatatas kinerja KPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet adalah semua pengetahuan yangdimiliki oleh masyarakat dan semua kesimpulan yang dibuat oleh masyarakat mengenai KPK,kemampuan KPK dalam menuntaskan kasus suap Wisma Atlet, serta hasil positif KPK dalammenuntaskan kasus suap Wisma Atlet.Sarjana Jerman Elisabeth Noelle-Neumann menyimpulkan bahwa media tidak punya efeklangsung yang kuat tetapi efek itu akan terus menguat seiring dengan berjalannya waktu. Teoricumulative effects menyatakan bahwa tidak ada yang bisa menghindari media karena sudahmenyebar kemana-mana. Pesan yang berlebihan ini terus dibawa sampai ke rumah. Tidak adaiklan yang muncul hanya sekali. Bahkan dalam berita pun ada redundansi dimana semua mediamengarahkan perhatiannya kepada kejadian yang sama. (Vivian. 2008:472)Pemberitaan mengenai kasus suap Wisma Atlet telah menyebar luas melalui mediamassa. Koran, televisi, dan media online selalu memberitakan mengenai kasus ini. Masyarakattidak dapat menghindar dari pemberitaan tersebut, apa pun media yang menjadi referensinyautamanya. Pengulangan berita yang di dapat dari berbagai macam media ini akan mempengaruhimasyarakat. Masyarakat akan menilai kinerja KPK dalam penuntasan kasus suap wisma atletmelalui informasi-informasi yang diterima secara terus menerus. Potongan-potongan berita yangsecara terus menerus masyarakat terima akan semakin memperkuat penilaian mereka atas kinerjaKPK. Hal ini berdampak pada kepercayaan mereka atas kinerja KPK dalam penuntasan kasussuap Wisma Atlet.Berita yang ditampilkan di media massa cenderung sama walau pun berasal dari mediayang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh dari 150 sampel berita, 53% berita memberikankecenderungan positif, 31% berita memberikan kecenderungan negatif, dan 16% bersifat netralatas kinerja KPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet.METODELOGITipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe eksplanatif. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara terpaan pemberitaan kasus suapwisma atlet di media massa dengan tingkat kepercayaan masyarakat atas kinerja KPK dalammenuntaskan kasus suap wisma atlet.Poulasi dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Semarang dengan jumlah penduduk1.527.433 jiwa yang tersebar dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan (Semarang dalam Angka2010). Penelitian ini akan menggunakan multi stage random sampling yakni pengambilansampel dengan melakukan pemilihan secara random beberapa kali (Rakhmat, 2007:81).Tahapannya adalah sebagai berikut :1. Populasi sampling pertama yaitu Kota Semarang yang terdiri dari 16 kecamatandimana satu kecamatan diambil secara acak, maka diperoleh Kecamatan SemarangSelatan yang selanjutnya disebut sampel pertama.2. Sampel pertama (Kecamatan Semarang Selatan) dijadikan populasi sampling keduayang terdiri dari 10 kelurahan. Secara acak, diperoleh Kelurahan Mugasari yangkemudian akan diselidiki sebagai unsur penelitianSetelah itu ditentukan jumlah sampelnya. Jumlah rumah tangga di Kelurahan Mugasariyaitu sebanyak 2.123 rumah tangga/KK (Semarang Dalam Angka 2010). Jumlah Sampelditentukan dengan rumus Frank Lych : Nd Z P PNZ P Pn 2 2 12 1Keterangan :n = besar sampelN = populasiZ = nilai untuk variabel normal untuk tigkat kepercayaan 95% = 1,96P = proporsi kemungkinan tersebar (0,50)d = sampling error (0,10)Jadi besar sampel adalah :n =   2.123(0.10) (1,96) 0,50(1 0,50)2.123 1,96 0,50 1 0,502 22 =2.123(0,01) (3,8416)(0,5 0,25)2.123(3,8416)(0,5 0,25) =2.123(0,01) (3,8416)(0,25)2.123(3,8416)(0,25)=21,23 0,96042038,9292=22,19042038,9292= 91,8833= 92 responden (hasil pembulatan)HASIL DAN PEMBAHASANHubungan Terpaan Pemberitaan Kasus Suap Wisma Atlet di Media Massa (X) dengan TingkatKepercayaan Masyarakat atas KPK dalam Menuntaskan Kasus Suap Wisma Atlet (Y)N=92Terpaan PemberitaanKasus Suap Wisma Atletdi Media Massa (X)Tingkat Kepercayaan Masyarakat atas KPKdalam Menuntaskan Kasus Suap Wisma Atlet(Y) TotalTinggi Cukup RendahTinggi 12 (32,5%) 18 (48,6%) 7 (18,9%) 37 (100%)Cukup 14 (33,4%) 25 (59,5%) 3 (7,1%) 42 (100%)Rendah 4 (30,7%) 5 (38,5%) 4 (30,7%) 13 (100%)Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari 37 responden, 48,6% yang terkena terpaanpemberitaan kasus suap wisma atlet tinggi memberi nilai cukup untuk tingkat kepercayaan ataskinerja KPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet. Sedangkan 32,5% memberi nilai tinggidan hanya 18,9% yang memberi nilai rendah.Dapat dilihat pula sebanyak 59,5% dari 42 responden yang cukup mendapat terpaanpemberitaan kasus suap wisma atlet memberi nilai cukup untuk tingkat kepercayaan atas kinerjaKPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet. Sedangkan 33,4% memberi nilai tinggi danhanya 7,1% yang memberi nilai rendah.Kemudian dapat dilihat pula sebanyak 38,5% dari 13 responden yang mendapat terpaanpemberitaan kasus suap wisma atlet rendah memberi nilai cukup untuk tingkat kepercayaan ataskinerja KPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet. Sedangkan yang memberi nilai tinggidan rendah sama-sama 30,7%.Penjelasan di atas menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan hubungan antara terpaanpemberitaan kasus suap wisma atlet di media massa dengan tingkat kepercayaan atas kinerjaKPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet. Sebab, mayoritas responden yang terkenaterpaan rendah, cukup dan tinggi memberi penilaian yang sama, yaitu cukup untuk tingkatkepercayaan atas kinerja KPK. Hal ini menunjukkan Tingkat kepercayaan atas kinerja KPKdalam menuntaskan kasus suap wisma atlet tidak dipengaruhi oleh pemberitaan kasus suapwisma atlet itu saja.Dengan demikian, hipotesis hubungan positif yang sebelumnya dibentuk tidak terbuktidan hampir tidak ada hubungan antara kedua variabel penelitian ini.PENUTUPMedia massa memiliki pengaruh bagi masyarakat luas. Pemberitaan mengenai KPKbelakangan ini kembali menjadi isu utama yang diangkat oleh media massa. Pemberitaan mediamassa yang cenderung positif kepada KPK tidak sejalan dengan prestasi KPK saat ini yangbelum menyelesaikan satu kasus pun, termasuk kasus suap wisma atlet.Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara terpaanpemberitaan kasus suap wisma atlet di media massa dengan tingkat kepercayaan masyarakat ataskinerja KPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet. Artinya semakin tinggi terpaan beritakasus suap wisma atlet di media massa maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaanmasyarakat atas kinerja KPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet.Namun, hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara terpaan pemberitaankasus suap wisma atlet dengan tingkat kepercayaan masyarakat atas KPK dalam menuntaskankasus suap wisma atlet. Hal ini dilihat dari hasil tabulasi silang, dimana terpaan berita yangtinggi, sedang atau rendah, mayoritas masyarakat tetap memiliki tingkat kepercayaan yang cukupatas kinerja KPK dalam menuntaskan kasus suap wisma atlet. Jadi disimpulkan bahwa hipotesisawal dari penelitian ini tidak terbukti.DAFTAR PUSTAKAMowen, John C. dan Minor, Michael. 2002. Perilaku Konsumen. Jakarta: Erlangga.Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh AnalisisStatistik. Bandung: PT Remaja rosdakaryaRakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja RosdakaryaVivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencanahttp://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Nazaruddin - diakses pada tanggal 11 April 2012http://www.alexa.com/topsites/countries/ID - diakses pada tanggal 22 April 2012http://www.kompasgramedia.com/business/newspapers/kompas - diakses pada tanggal 20 April2012http://xa.yimg.com/kq/groups/18715637/1197451071/name/Nielsen+Press+ReleaseNews_April+2010.pdf – diakses pada tanggal 22 April 2012http://megapolitan.kompas.com/read/2009/12/04/19465569/Koin.Peduli.Prita.Butuh.2.5.Ton.Recehan - diakses pada tanggal 10 Mei 2012Harian Suara Merdeka – Company ProfileSemarang Dalam Angka 2010

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.