skip to main content

HUBUNGAN TERPAAN PEMBERITAAN DI MEDIA MASSA MENGENAI KASUS TERORISME YANG TERJADI DI KOTA SURAKARTA DENGAN CITRA WALIKOTA SURAKARTA JOKO WIDODO


Citation Format:
Abstract

ABSTRACTEXPOSURE RELATIONS OF MASS MEDIA NEWS ABOUT TERRORISM CASES THAT OCCURRED IN THE CITY SURAKARTA WITH THE IMAGE OF MAYOR SURAKARTA JOKO WIDODOExposure of mass media news about a case that is being discussed has a strong effect to the people who consume mass media. News exposure has being provided to the public on a continuous basis can lead to a certain effect. According to Steven M.Chaffe effects of mass media can be seen from the changes that happen to the mass communication as public are affected. The effect is divided into three, they are: cognitive effect, affective effects and behavioral effects.The case has being discussed is the case of terrorism that occurred in the city of Surakarta where the first took place on August 17, 2012 in the early days, there has been a shooting and throwing grenade towards a police post in charge of securing passengers by unknown persons. Terrorist incidents that occurred in the city of Surakarta as reported in the mass media has been able to form a picture of the community about the image of the government that led by Joko Widodo. Because the mass media proclaim these events simultaneously causing people interested to follow and monitor the progress of the case.This study aimed to investigate the association between exposure of mass media news about terrorism cases that occurred in the city of Surakarta with the image of Surakarta Mayor Joko Widodo. Researchers used explanative type of research which research that explains the causal relations between the variables through hypothesis testing using correlational method.Results obtained after conducting the study did not find an association between exposure of mass media news about terrorism cases that occurred in the city of Surakarta with the image of Surakarta Mayor Joko Widodo.Keywords: News exposure, media effects, and Joko Widodo image.

PENDAHULUAN Informasi adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang paling dasar, dengan informasi masyarakat dapat membangun pengetahuan dan pandangan tentang suatu kejadian atau peristiwa. Kebutuhan akan informasi menuntut masyarakat untuk mengkonsumsi media massa, hal ini disebabkan media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang dapat menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada masyarakat yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain yaitu media massa dapat mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007: 9).Kehadiran media massa dalam kehidupan masyarakat membuat informasi dari berbagai tempat didunia dapat dikonsumsi tanpa ada hambatan ruang dan waktu. Karena pentingnya media massa sebagai sebuah alat untuk menyampaikan informasi dalam kehidupan masyarakat membuat media massa menjadi kebutuhan masyarakat yang tidak dapat terpisahkan. Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan teknologi membuat berbagai macam bentuk dan jenis media massa yang dapat dipilih oleh masyarakat mulai dari media massa cetak, elektronik dan digital.Informasi yang disampaikan oleh media massa yang menjelaskan tentang suatu kejadian atau peristiwa disebut dengan berita. Berita dalam konteks komunikasi massa yang berkembang saat ini akan selalu muncul dalam benak dan pikiran masyarakat, namun berita yang disusun dalam benak dan pikiran masyarakat bukan merupakan peristiwa yang sebenarnya. Berita merupakan usaha rekonstruksi kerangka peristiwa yang terjadi. Berita dalam konteks komunikasi massa, lebih merupakan inti yang disesuaikan dengan kerangkaacuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki makna bagi para pembacanya. Berita dalam kapasitanya sebagai pembentuk dan dinamisator pengolahan interpretasi atas peristiwa manusia, menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembentukan konstruksi sosial. Berita pada titik tertentu sangat mempengaruhi masyarakat dalam merumuskan pandangannya tentang sesuatu kejadian.Salah satu informasi atau berita yang tetap masih ditayangkan dan masih menarik minat masyarakat untuk mengikutinya adalah kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta yang pertama kali terjadi pada tanggal 17 agustus 2012 pada dini hari dimana telah terjadi penembakan kearah pos polisi yang bertugas mengamankan arus mudik oleh orang tak dikenal dan melukai dua orang anggota polisi di bagian kaki dan pinggang. Kejadian bermula saat dua orang bersepeda motor yang berboncengan dari arah selatan menuju jalan Yos Sudarso mendekati Pos Pengamanan Idul Fitri di daerah Gemblegan, kemudian mereka menembak sekitar lima kali ke arah Pos yang baru dibangun tersebut. Pelaku yang ada di belakang menggunakan senjata api jenis FN Kaliber 9 milimeter dan sambil mengendarai sepeda motornya, pelaku melepaskan serentetan tembakan ke arah Pospam dan melukai pinggang sebelah kiri anggota jaga di Pospam, Bripka Endro Margiyanto dan Brigadir Kukuh Budiyanto terkena ibu jari kaki kiri. Keduanya langsung dilarikan ke Rumah Sakit Kustati Surakarta.Dua hari setelah kasus penembakan oleh orang tak dikenal yang terjadi pada pospam Gemblegan Surakarta telah terjadi kasus lain di Pos Pengaman Lebaran dikawasan Gladak Kota Surakarta pada dini hari terjadi pelemparan granat oleh orang tak dikenal, namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.Peristiwa terorisme yang terjadi di Kota Surakarta tersebut langsung ramai diberitakan oleh media cetak, elektronik maupun digital. Padahal sebelumnya Kota Surakarta disorot oleh media karena keberhasilan Joko Widodo sebagai Walikota Surakarta yang masuk nominasi25 Wali Kota Terbaik Dunia versi City Mayors Foundation. Oleh media dalam pemberitaannya, peristiwa terorisme yang terjadi di Kota Surakarta yang semakin berani dalam memilih korban membuat masyarakat semakin resah dan media menghubungkan peristiwa terorisme yang terjadi dengan kemampuan Joko Widodo sebagai Walikota Surakarta untuk menjaga keamanan daerah yang dipimpinnya. Pemberitaan tersebut dapat membuat masyarakat yang menerima informasi dari media massa mulai memunculkan pandangan negatif terhadap citra Joko Widodo sebagai Walikota Surakarta.Melalui pemberitaan peristiwa terorisme yang terjadi di Surakarta yang gencar diberitakan oleh media, maka penting untuk dilihat adakah hubungan antara terpaan pemberitaan di media massa mengenai kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta dengan citra Walikota Surakarta Joko Widodo?.II. PEMBAHASANPemberitaan mengenai kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta telah menyebar ke masyarakat luas melalui pemberitaan yang dilakukan oleh media massa. Informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat mengenai peristiwa tersebut telah disajikan secara lengkap oleh media massa. Pemberitaan yang dilakukan oleh media massa mengenai kasus terosime yang terjadi di Kota Surakarta telah mempersuasi masyarakat mengenai realitas yang terjadi berdasarkan sudut pandang media tersebut.Adanya pemberitaan yang terdapat dalam media massa akan memunculkan suatu kondisi yang disebut dengan disebut dengan terpaan media. Menurut Rosengren ( Rakhmat, 2007:66 ) terpaan media diartikan sebagai penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media, media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Dalam hal ini, terpaan merupakan suatu kondisi dimana masyarakatditerpa oleh edisi media dan bagaimana isi media menerpa masyarakat. Karena media massa melaporkan pemberitaan tentang dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa mempunyai pengaruh yang berbeda – beda terhadap masyarakat.Menurut Steven M. Chaffee (Rakhmat, 2007: 219) efek media massa dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri masyarakat komunikasi massa. Adapun efek-efek tersebut dibagi menjadi tiga yaitu:1. Efek KognitifTerjadi apabila terdapat perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi masyarakat. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, ketrampilan, kepercayaan, atau informasi.2. Efek AfektifTimbul apabila terdapat perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci masyarakat. Perubahan pada segi afektif ditunjukkan dengan perubahan perasaan, emosi, sikap ataupun nilai.3. Efek BehavioralMerujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.Terpaan pemberitaan yang dilakukan oleh media massa kepada masyarakat akan memberikan gambaran atau informasi kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta terhadap citra Walikota Surakarta Joko Widodo dalam menjaga keamanan daerah yang dipimpinnya . Setiap perkembangan yang terjadi dalam upaya pengusutan kasus tersebut akan dapat diawasi oleh masyarakat karena media massa akan memberikan informasi tersebutdengan mudah. Karena masyarakat menerima informasi yang diberikan oleh media massa maka masyarakat akan menerima efek dari media massa berupa efek kognitif yaitu bertambahnya pengetahuan mengenai perkembangan kasus tersebut. Semakin bertambahnya pengetahuan masyarakat terhadap kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta membuat masyarakat memiliki penilaian mengenai citra Joko Widodo sebagai Walikota Surakarta dalam menjaga keamanan daerahnya, yang selanjutnya akan mempengaruhi citra Joko Widodo sebagai Walikota Surakarta yang sebelumnya telah terbentuk.Citra (image) diyakini sebagai realitas yang tampak sebagai gambaran yang mempunyai makna. Menurut Roberts (Rakhmat. 2007: 224) citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan oleh individu. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang kita terima. Media massa bekerja untuk menyampaikan informasi, bagi masyarakat informasi tersebut dapat membentuk, mempertahankan, atau mendefinisikan citra. Media massa datang untuk menyampaikan informasi tentang lingkungan sosial dan politik.Cumulative Effects Theory dari Elisabeth Noelle-Neuman menyimpulkan bahwa media tidak punya efek langsung yang kuat tetapi efek itu akan terus menguat seiring dengan berjalannya waktu. Cumulative Effects Theory menyatakan bahwa tidak ada yang bisa menghindari media karena sudah menyebar kemana-mana. Pesan yang berlebihan ini terus dibawa sampai ke rumah. Tidak ada iklan yang muncul hanya sekali. Bahkan dalam berita pun ada redundansi dimana semua media mengarahkan perhatiannya kepada kejadian yang sama. (Vivian. 2008 : 472)Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe eksplanatif (penjelasan), yaitu suatu tipe penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan metode korelasional (Singarimbun, 1992 : 5). Tipe penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis danmenjelaskan hubungan antar variable, yaitu terpaan pemberitaan di media massa mengenai kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta (variable X) dengan citra Walikota Surakarta Joko Widodo (variable Y)Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kota Surakarta dengan jumlah penduduk 536.498 jiwa (Surakarta Dalam Angka 2010) yang tersebar dalam 5 Kecamatan dan 51 Kelurahan. Alasan pemilihan populasi penelitian ini didasarkan pada tempat kejadian tindakan terorisme yang terjadi di Kota Surakarta. Populasi sasaran penelitian adalah individu yang terterpa pemberitaan di media massa, khususnya pemberitaan mengenai kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta. Karena peneliti tidak memiliki kerangka sampling (sampling frame), dalam menentukan populasi sampling digunakan multistage random sampling untuk menentukan wilayah sampling terlebih dahulu. Setelah mendapatkan wilayah sampling yaitu berada di Kelurahan Karangasem dengan jumlah penduduk sebanyak 2.081 rumah tangga, setelah itu barulah menggunakan teknik pengambilan sampel dengan random sampling didapatkan sample sebanyak 92 orang dari 2081 rumah tangga.Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang dia ketahui. (Arikunto, 2006 : 151)Hasil yang didapatkan setelah melakukan penelitian dengan menggunakan teori, instrumen dan tekhnik yang telah disebutkan diatas adalah bahwa tidak ada kecenderungan hubungan antara terpaan pemberitaan kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta dengan citra Walikota Surakarta Joko Widodo. Sebab, mayoritas responden yang terkena terpaan rendah, cukup dan tinggi memberi penilaian yang sama, yaitu baik untuk citra Walikota Surakarta Joko Widodo. Hal ini menunjukkan citra Walikota Surakarta Joko Widodo tidak dipengaruhi oleh pemberitaan kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta. Dengandemikian, hipotesis hubungan yang sebelumnya dibentuk tidak terbukti dan hampir tidak ada hubungan antara kedua variabel penelitian ini.III. PENUTUPInformasi merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di seluruh dunia dan media massa adalah sumber informasi yang menjadi rujukan ketika masyarakat ingin mengetahui berbagai kejadian dan peristiwa yang sedang terjadi di seluruh dunia, kebutuhan dasar masyarakat akan informasi membuat peran media massa sebagai sumber informasi menjadi sesuatu yang tidak dapat tergantikan. Ketergantungan masyarakat akan media massa membuat pengaruh media massa terhadap cara merumuskan pandangan akan suatu kejadian serta proses pencitraan terhadap lembaga atau seseorang menjadi sangat kuat.Pemberitaan adalah salah satu bentuk informasi yang menjelaskan suatu peritiwa atau kejadian yang disampaikan oleh media massa. Salah satu pemberitaan yang menjadi isu utama dan menjadi perhatian di masyarakat adalah kejadian terorisme yang terjadi di daerah Surakarta, dimana media massa secara serempak memberitakan kejadian tersebut dan dalam berita yang disampaikan cenderung berisi pemberitaan yang negatif. Isi pemberitaan yang disampaikan media massa mengenai kasus terorisme yang terjadi di daerah Surakarta disangkut pautkan dengan kinerja Walikota Surakarta saat itu yaitu Joko Widodo.Terpaan pemberitaan yang bersifat negatif dari media massa mengenai kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta memaksa masyarakat untuk merubah penilaiannya terhadap citra Joko Widodo sebagai Walikota Surakarta. Namun hasil dari penelitian tidak menemukan adanya hubungan antara terpaan pemberitaan kasus terorisme yang terjadi di Kota Surakarta dengan citra Walikota Surakarta Joko Widodo.DAFTAR PUSTAKABUKU :Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.Littlejohn, Stephen W. dan Fros, Karen A. 2009. Teori Komunikasi, Edisi9. Jakarta: Salemba Humanika.McQuail, Dennis. 1996. Teori Komunikasi Massa suatu pengantar. Jakarta : Penerbit Erlangga.Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: PT Remaja rosdakarya.Singarimbun, M. dan Sofian Effendi. 1992. Metode Penelitian Survai. Jakarta : Pustaka LP3ES.Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.SURAT KABAR :“Penyerangan Pos Polisi Diselidiki”. Suara Merdeka. No.186, 21 Agustus 2012, hal 1.INTERNET :http://sosialbudaya.tvonenews.tv/berita/view/60407/2012/08/19/jokowi_imbau_warga_solo_tetap_berlebaran_dengan_tenang.tvOne diakses pada tanggal 12 September 2012 pukul 22.13http://hukum.tvonenews.tv/berita/view/60346/2012/08/17/dua_orang_anggota_polisi_menjadi_korban_penembakan_orang_tak_dikenal.tvOne diakses pada tanggal 12 September 2012 pukul 22.57http://regional.kompas.com/read/2012/08/31/15484985/Penembakan.Polisi.di.Solo.Teror.Terorganisasi diakses pada tanggal 27 November 2102 pukul 11.12http://biografi.rumus.web.id/biografi-jokowi-joko-widodo/ diakses pada tanggal 21 November 2012 pukul 13.43

Fulltext

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.