skip to main content

Memahami Komunikasi Persuasif Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Smile Plus dalam Meyakinkan ODHA Bergabung Untuk Membangun Kepercayaan Diri


Citation Format:
Abstract
Latar Belakang ODHA adalah Orang Dengan HIV/AIDS merupakan sebutan di Indonesiabagi mereka yang mengidap HIV/AIDS. Keberadaan ODHA selalu dipandangsebelah mata oleh kebanyakan orang. Di Indonesia masyarakat menganggap virusHIV/AIDS sebagai suatu aib, masyarakat lebih memilih menghindari ODHAbahkan berdampak hingga orang – orang terdekat ODHA seperti orang tua,saudara dan teman. Masyarakat menganggap demikian karena kebanyakan orangmengkaitkan virus HIV/AIDS dengan sex bebas atau penggunaan narkoba.Muncul diskriminasi antara ODHA dengan masyarakat, sehingga mengakibatkanadanya tekanan psikologis seperti takut, stres, marah dan kecewa. Dengankeadaan demikian, ODHA memilih untuk tertutup dari dunia luar.Tekanan psikologis seperti stres, mendorong ODHA dapat merubahkarakteristik kepribadian mereka. Tekanan negatif dari orang – orang disekitarODHA membentuk konsep diri yang negatif bagi ODHA. Kepribadian yangawalnya terbuka, bersikap positif, dan supel dapat berubah menjadi sebaliknya.Keadaan demikian dapat memperburuk kehidupan sosialisasi ODHA dalamrutinitas keseharian mereka.Keadaan tertutup sebenarnya menambah beban bagi ODHA, hal ini dapatmenurunkan mutu hidup mereka. Mutu hidup adalah motivasi untuk tetap survivedan dapat beradaptasi dengan keadaan. Dengan mutu hidup yang baik, makamereka akan memiliki semangat juang untuk bertahan hidup yang tinggi. ODHAmembutuhkan interaksi komunikasisekedar untuk mencurahkan isi hati ataubahkan menambah informasi mengenai penyakitnya tersebut. Sulit bagi ODHAmembuka percakapan tentang dirinya kepada orang lain. Kenyamanan,kepercayaan, dan kedekatan menjadi aspek penting bagi ODHA untuk melakukankomunikasi. Salah satu caranya adalah bergabung dengan Kelompok DukunganSebaya (KDS).Namun, ODHA utamanya mereka yang menetap di KabupatenTemanggung masih enggan untuk bergabung dengan Kelompok DukunganSebaya Smile Plus. Salah satu pengurus KDS Smile Plus (Dias. 53tahun)menyatakan, “ ODHA di Kota Temanggung kebanyakan belum memiliki tingkatkesadaran diri mengenai penyakit yang di idapnya. Ada beberapa yang takutbergabung karena faktor kecemasan, tidak percaya diri dan ada pula yang sudahtidak mau memperdulikan kesehatannya lagi”. Hingga tahun 2011 sendiri anggotaSmile Plus tergabung sebanyak 32 orang, dan bersifat dinamis. Sedangkan padaawal tahun terbentuk di tahun 2008 hingga tahun 2010, jumlah anggota hanyamencapai 24 anggota. Jumlah ini sangat miris jika dibandingkan dengan jumlahpenderita HIV/AIDS di Kota Temanggung sebanyak 192 kasus.Kurangnya pengetahuan, rasa tidak percaya diri, malu, takut untuk terbukamembuat ODHA memilih untuk tetap menutup diri dengan tidak bergabungdalam Kelompok Dukungan Sebaya ini. Dengan jumlah kasus HIV/AIDS diTemanggung tinggi dan kurangnya kesadaran diri ODHA untuk bergabungdengan Kelompok Dukungan Sebaya menjadi suatu masalah bagi pengurus SmilePlus. Mereka harus melakukan komunikasi persuasif yang tepat dan baik untukmeyakinkan bahwa melalui Kelompok Dukungan Sebaya Smile Plus membantuODHA untuk memotivasi diri mereka, memperdulikan kesehatan mereka, dantempat untuk saling berbagi.Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk memahami komunikasi persuasif KelompokDukungan Sebaya (KDS) Smile Plusdalam meyakinkan ODHA bergabung untukmenumbuhkan kepercayaan diri.Penemuan Penelitian1. Karakteristik KDS Smile Plus dalam komunikasi kelompokKelompok Dukungan Sebaya (KDS) Smile Plus lebih mengacu kepadakomunikasi kelompok primer. Karakteristik kelompok primer antara lain; (1).Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas, artinyamenembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, pada kelompok primer kitaungkapkan hal – hal yang bersifat pribadi. (2). Komunikasi pada kelompok primerbersifat personal, dalam kelompok primer yang penting ialah siapa dia, bukanapakah dia. Kita mengkomunikasikan seluruh pribadi kita. (3). Pada kelompokprimer, komunikasi lebih menekankan pada aspek hubungan dari pada aspek isi,komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan baik. (Jalaludin Rakhmat.2007; 142 – 143).Karakteristik kelompok primer sangat dekat sekali dengan karakteristikKDS Smile Plus. Kualitas komunikasi yang mendalam menembus pada hal – halpribadi, dan membangun ikatan emosional dengan anggota menjadi landasanSmile Plus untuk melakukan komunikasi dengan anggotanya. Pembimbing diSmile Plus membuat ODHA nyaman untuk menceritakan hal – hal pribadinya,sehingga anggota Smile Plus menganggap kelompok ini seperti keluarga bukansebagai kelompok profesional. Dua informan yang merupakan pembimbing diKDS Smile Plus selalu memposisikan dirinya sebagai saudara, orang tua atausahabat dengan anggotanya. Dengan anggapan seperti itu membuat anggota SmilePlus yang hampir keseluruhan adalah ODHA akan membangun ikatan emosionalyang dekat, tidak merasa KDS Smile Plus sebagai kelompok yang profesional,sehingga mereka menganggap KDS Smile Plus sebagai keluarga kedua.2. Cara KDS Smile Plus dalam membangun self disclosure ODHA (OrangDengan HIV/AIDS)Menurut Liliweri (1994:163), teori self disclosure menekankan bahwahubungan antar pribadi yang ideal adalah kalau seseorang membiarkan dirinyadan orang lain membagi pengalaman mereka sepenuhnya dengan membuka diri,karena adanya prinsip bahwa pribadi yang dimiliki ibarat kertas “tembuspandang” (transparan), sukar ditutupi sehingga orang lain pun bisa melihat.Membuat ODHA mau terbuka menceritakan segala hal yang dialaminyakepada orang lain membutuhkan cara yang berbeda dengan orang – orangbiasanya. KDS Smile Plus menggunakan beberapa cara agar ODHA nyamanuntuk terbuka dengan pembimbing di Smile Plus, diantaranyaa. Membangun ikatan emosional kekeluargaan antara KDS Smile Plus denganODHAb. Menjaga Privasi ODHAc. Mengikuti kesenangan ODHA dalam berkomunikasi3. Cara KDS Smile Plus dalam membangun kosep diri positif ODHA (OrangDengan HIV/AIDS)Membentuk konsep diri yang positif di pikiran ODHA tidak mudah,karena mereka beranggapan bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang tidak adaobatnya dan apabila orang lain tahu bahwa dirinya positif HIV/AIDS makaresikonya adalah akan dikucilkan. Dalam penelitian ini ada beberapa faktor yangdapat mempengaruhi berubahnya konsep diri ODHA menjadi positif, diantaranyaadalah keberadaan pembimbing Smile Plus sebagai orang lain bagi ODHA dalammelakukan pendampingan dan kelompok rujukan yang diikuti oleh ODHA.William D. Brooks (Jalaludin Rakhmat, 2007:99) mendefinisikan konsepdiri sebagai “those phsyical, social, and psychological perception of ourselvesthat we have derived from experiences and our interaction with others”. Jadikonsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentangdiri ini bisa bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Seperti yang sudah disebutkansebelumnya, konsep diri yang dimiliki ODHA dapat berubah positif dari pengaruhkeberadaan pembimbing Smile Plus sebagai orang lain bagi ODHA dalammelakukan pendampingan dan kelompok rujukan yang diikuti oleh ODHA.1. Orang Lain.Orang lain dalam hal ini adalah peran pendampingan yang dilakukan olehpembimbing KDS Smile Plus dalam membentuk konsep diri positif pada ODHA.Gabriel Marcel menjelaskan bahwa “the fact is that we can understandourselves by starting from the other, or from others, and only by starting fromthem” . Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain terlebih dahulu.Bagaimana orang lain menilai diri kita, akan membentuk konsep diri kita pribadi.(Jalaludin Rakhmat, 2007: 101). Maka bagaimana pendamping KDS Smile Plusmenilai ODHA, akan membentuk konsep diri ODHA seperti apa.2. Kelompok Rujukan atau (Refrence Group)Tergabung dalam sebuah kelompok sangat mempengaruhi konsep diriseseorang. Secara tidak langsung ODHA akan mengikuti aturan – aturan hinggakebiasaan sebuah kelompok yang diikuti dalam keseharian. Sama halnya denganODHA yang bergabung dengan KDS Smile Plus, mereka secara disadari atautidak perlahan mengalami perubahan, baik perilaku atau konsep diri mereka. KDSSmile Plus yang dibentuk untuk ODHA dan dari ODHA bertujuan untuk menjadiwadah bagi ODHA untuk saling bertukar informasi dan saling menguatkan diri.ODHA yang sebelumnya merasa sendiri, memiliki konsep diri negatif akanberubah menjadi lebih baik karena pengaruh kelompok ini.ODHA akan menyesuaikan keadaan yang ada di dalam KDS Smile Plus.Di dominasi dengan pendampingan dari pembimbing yang selalu memacumotivasi hidup ODHA untuk survive, dan pengaruh teman dalam kelompoktersebut, maka hal itu berpengaruh besar bagi ODHA untuk melakukan hal yangsama dengan teman – temannya yang satu kelompok dengannya.Kelompok rujukan adalah kelompok yang secara emosional mengikat dirikita, dan berpengaruh terhadap konsep diri kita. Dengan melihat kelompok ini,orang mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan diri dengan ciri – cirikelompoknya. (Jalaludin Rakhmat, 2007: 104).Cara – cara yang digunakan oleh KDS Smile Plus dalam membentuk konsep diriyang positif di diri ODHA diantaranya adalaha. Memberikan pujian kepada ODHAb. Menggunakan testimonic. Event KDS Smile Plus (close meeting)4. Karakteristik ODHA dalam komunikasi persuasifKomunikasi persuasif menurut Nimmo (2000:128) mengungkapkanpersuasi mengubah sikap dan perilaku orang dengan menggunakan kata – katalisan dan tertulis, menanamkan opini baru dan usaha yang disadari mengubahsikap, kepercayaan, atau perilaku orang melalui transmisi pesan. Komunikasipersuasif merupakan metode untuk menyamapikan pesan – pesan darikomunikator untuk mempengaruhi komunikannya dengan pesan – pesan yangsebelumnya telah dikelola seraya menyesuaikan dengan keadaan psikologis dansosiologis serta kebudayaan dari komunikan atau dengan kata lain denganmenggunakan tehnik persuasi (Soenarjo & Djoenasih, 1993:30).Komunikasi persuasif yang dilakukan oleh KDS Smile Plus kepadaODHA diantaranya adalah untuk merubah perilaku negatif ODHA danmenguatkan diri mereka dari status positif HIV/AIDS. Mengajak ODHA untukmerubah perilaku sangat sulit, terutama bagi mereka yang sudah menjadi sebuahkebiasaan. Dalam penelitian ini, ODHA yang sulit untuk dipersuasif melakukanpendampingan adalah ODHA yang memiliki jabatan atau tokoh di lingkungannya.Mereka takut jika statusnya tersebut tersebar hingga ke telinga orang – orangdisekitarnya, sehingga mereka mengganggap bahwa dirinya sehat dan tidak perludilakukan pendampingan dari KDS Smile Plus.Dengan demikian dibutuhkan caratersendiri bagi pembimbing di KDS Smile Plus agar komunikasi persuasif iniberjalan efektif.Dalam melakukan komunikasi persuasif dalam bukunya Miller dan Williamsyang berjudul “The 5 Path To Persuasion”, menjelaskan lima tipe komunikandalam melakukan komunikasi persuasif, yang pertama adalah the charismaticdecision maker, kedua the thinker decision maker, skeptic decision maker,follower decision maker, dan yang terakhir adalah controller decision maker . Jikaditerapkan dalam karakteristik ODHA di Temanggung dapat diklasifikasikanberdasarkan tipe komunikan dalam buku Miller dan Williams ini.a. ODHA sebagai follower decision maker.Follower berdiskusi berdasarkan pada pengalamanan terdahulu yangpernah dialaminya sebelumnya. Mereka mempunyai tanggung jawab yang baik.Untuk melakukan komunikasi persuasif kepada follower yang harus dilakukanadalah sediakan banyak bukti yang menyatakan proposal atau data tersebut suksesuntuk kasus sebelumnya dan harus relevan serta kredibel. (Williams dan Miller.2005. 108).b. ODHA sebagai Skeptic decision maker.Mereka sulit menerima informasi dari orang lain. Mereka akan terusbertanya dan melawan apabila tidak sesuai dengan pikirannya, terutama padaremaja. Mereka memiliki gaya bicara seenaknya sendiri, sulit menghargai oranglain dan akan mengatakan apa yang mereka fikirankan tanpa memperdulikanorang lain. Skeptis memiliki kepribadian yang kuat, namun skeptis merupakantipe yang sulit mempercayai orang. Untuk dapat mempersuasif tipe skeptis harusmemiliki strategi yang kuat diantaranya membangun kepercayaan, kemudianmencari penengah antara skeptis dan persuator, jangan berfikir dari sudut pandangpersuator sendiri, harus ada sumber terpercaya untuk mempersuasif orang tipeskeptis. (Williams dan Miller. 2005. 77).Dalam penelitian ini juga memperlihatkan perbedaan tehnik komunikasipersuasif yang dilakukan oleh pembimbing KDS Smile Plus kepada ODHA.Dalam penelitian ini menunjukan bahwa pembimbing yang positif HIV/AIDSmelakukan komunikasi persuasif dengan mengontrol emosinya menjadi lebihsabar dan lembut. Ia berusaha untuk meredam emosi ODHA dengan halus.Sedangkan pembimbing yang negatif dari virus HIV/AIDS lebih terbuka danmudah beradaptasi/ mudah bergaul dalam melakukan komunikasi persuasifdengan ODHA. Ia tidak sungkan untuk mengingatkan ODHA dengan lebih tegasjika mereka melakukan kesalahan.Implikasi AkademisBerdasarkan lingkup teoritis, penelitian ini membahas mengenaikomunikasi persuasif Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Smile Plus dalammeyakinkan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) bergabung untuk membangunkepercayaan diri. Dengan teori konsep diri yang memaparkan mengenai konsepdiri positif mempengaruhi ODHA memiliki pengembangan kepercayaan lebihbaik dari pada ODHA dengan konsep diri negatif. Di dukung dengan adanya teoriself-disclosure ODHA bisa berbagi tentang privasinya kepada pembimbing diKDS Smile Plus, sehingga memudahkan dalam melakukan pendampingan.Sedangkan pada teori komunikasi persuasif menunjukan bahwapembimbing KDS Smile Plus melakukan interaksi perusasif tanpa ada paksaan.Pembimbing menghormati segala keputusan ODHA saat dilakukannyapendampingan. Pembimbing KDS Smile Plus membangun kepercayaan denganODHA dan berusaha agar adanya perubahan membangun kepercayaan diri padaODHA. Maka dalam penelitian ini tidak terbukti adanya penemuan – penemuanuntuk mengembangkan teori baru.DAFTAR PUSTAKABuku:Adler, Ronald.B dan Neil Towne. 1987. Looking Out/Looking In InterpersonalCommunication. USA: CBS Coliege Publishing.Alvin A. Goldberg Carli. E Larson. 1985. Komunikasi Kelompok Proses-ProsesDiskusi dan Penerapannya. Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press)Beebe, Steven A, Susan J. Beebe, Mark V.Redmond. 2005. InterpersonalCommunication Relating To Others. United States of America : PersonEducation, Inc.De Vito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: ProfessionalBooks.Guba, Egon G & Yvonna S. Lincoln. 1994. Competing Paradigms in QualitativeResearch. Dalam Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (ed).Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, California : SAGEPublications.Jourard, S.M. 1971. The Transparent Self (Edisi Revisi). New York: VanNostrandLiliweri, Alo. 1994. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.Littlejohn, Stephen W. 1996. Theories of Human Communication (6th edition).USA : WadsworthLittlejohn, Stephen W. 1999. Theories of Human Communication (6th edition).USA : Wadsworth.Littlejohn, Stephen W. 2008. Theories of Humn Communication (8th edition).USA: Wadsworth.Miller, Robert B & Williamms, Garry A. 2005. Acclaim For The 5 Paths ToPersuasion. New York : Warner Book GroupMoleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya.Moleong, Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya.Moustakas, Clark. 1994. Phenomenological Research Methods. London : SagePublications, Inc.Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media. RemajaRosdakarya: Bandung.Onong Uchayana MA, Effendi. 1998. Hubungan Insani. PT. Remaja Rosdakarya,Bandung.Onong Uchayana MA, Effendi. 1999. Hubungan Insani. PT. Remaja Rosdakarya,Bandung.Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS.Rakhmat, Jalaluddin. 1989. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Bandung. RemajaRosdakarya.Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi. Bandung. RemajaRosdakarya.Soenarjo & Djoenasih.S. 1993. Komunikasi Persuasif dan Retorika. Yogyakarta:Liberty.
Fulltext

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.