skip to main content

Hubungan Intensitas Penggunaan Facebook Terhadap Intensitas Interaksi Face To Face Remaja dengan Orang Tua


Citation Format:
Abstract

KARYA ILMIAHPraktek Penelitian KomunikasiHubungan Intensitas Penggunaan Facebook Terhadap Intensitas Interaksi Face ToFace Remaja dengan Orang Tua.

PENDAHULUANI.1 LATAR BELAKANGSocial Networking atau Jaringan Sosial merupakan konsep pengembangan yang bisadimanfaatkan didalam dunia pendidikan. Social networking diaplikasikan kedalam bentuksitus jejaring sosial. Selain berguna untuk menjalin silaturrahim juga berguna untukmenunjang didalam meningkatkan efektifitas belajar. . Social Networking merupakan salahsatu layanan yang ada pada Internet (ade gustiann,2010).Internet merupakan teknologi baru yang diciptakan untuk mempermudah orangmencari informasi dengan cepat dan akurat.Fungsi lain dari penggunaan internet adalah untuk memudahkan orang menghubungi kerabatyang berada jauh diluar pulau, diluar negeri, bahkan berbeda benua. Ada e-mail yang bisadigunakan atau chating dengan sarana yahoo messenger atau social networking yangmemudahkan anda mencari teman baru seperti friendster atau facebook.Setelah habis masa jaya friendster yang sudah dianggap tidak canggih. Maka,muncullah facebook yang diciptakan oleh seorang mahasiswa harvard yang tadinyamenciptakan facebook hanya untuk memudahkan komunikasi dengan komunitasnya. Namun,siapa sangka hal ini coba dikembangkan untuk situs pertemanan yang lebih baik darifriendster. Maka, mulailah facebook merambah dunia sebagai situs jejaring sosial yang palingdiminati.Adanya Facebook bukanlah tanpa masalah. Banyak remaja yang terpengaruhfacebook sehingga mengabaikan kualitas hubungan antar manusia. Seperti halnya lupa kapanterakhir kali bicara dengan orang yang diajak chatting di facebook secara langsung ataukapan terakhir kali makan bersama orang tua di meja makan. Bahkan sering kali ketika adawaktu bersama dengan orang tua. Remaja mengabaikannya karena sibuk dengan facebook.Sehingga, waktu berkualitas bersama keluarga tanpa sadar terabaikan akibat kencanduanfacebook.Ditahun-tahun awal beredarnya facebook di amerika banyak anak usia remaja yangmenghilang akibat kopi darat dengan teman barunya yang baru dia kenal lewat facebook. Halini juga sedang banyak terjadi di sini selain, memungkinkan banyak orang menyalahgunakanfacebook untuk tindakan kriminal (okezone.com/seputarindonesia). Orang tua juga kadangkurang awas dalam hal mengawasi apa yang menjadi akses para remaja di dunia maya.Mereka cenderung percaya dan membiarkan mereka mengakses sitis-situs tanpa ada batasandari orang tua. Bahkan, dengan santainya menempatkan komputer pribadi pada kamar anakmereka tanpa khawatir mereka terjerumus dalam pergaulan yang salah melalui internet.Mudahnya remaja mengakses internet dan kelonggaran orang tua dalam mengawasimerupakan celah dimana jarak hubungan antara orang tua dan remaja terjadi yangmengakibatkan terkadang remaja lebih percaya dan nyaman bicara atau chatting denganorang lain melalui Facebook daripada bicara dengan orang tua mereka. Sepanjang tahun 2010Komisi Nasional Perlindungan Anak sudah menerima 36 laporan terkait kasus Anak yangmenjadi korban kejahatan Facebook.Remaja juga rentan mengalami problem adiksi. Ketertarikan yang mendalam dapatberubah menjadi ketergantungan, bahkan berakselerasi dalam pola hidup yang tidakterpisahkan dari keseharian masyarakat, terutama remaja. Remaja dapat menghabiskan waktuberjam-jam untuk mengakses internet dan Facebook, baik di sekolah, di rumah maupun diluar rumah. Secara psikologis, dampak negatif kecanduan Facebook dapat dibagi atas:a. Pribadi yang antisosial, yaitu yang menunjukkan perilaku menjauh dari norma sosial.b. Dualisme kepribadianKetika berinteraksi di dunia maya, banyak orang yang tidak bersikap sebagaimanatampilannya sehari-hari. Secara kognitif, ia memperlihatkan kesan ideal self yangdiidamkannya. Misalnya dengan menunjukkan kelebihan sosial yang sebenarnya tidakdimilikinya.c. Lingkungan paranoidFacebook membuat orang menjadi merasa tidak aman (insecure). Facebook secara tidaklangsung menciptakan masyarakat yang penuh kecemasan karena Kurangnya pengetahuananak muda akan dunia dan praktek norma-norma sosial yang diharapkan dari dirinya. Secaraumum, anak muda memiliki akses terbatas dalam memandang dunia sekitar secara objektif.Komunikasi interpersonal merupakan hal yang paling mendasar dalam berinteraksidan bersosialisasi dengan orang lain. Melalui komunikasi interpersonal kita dapat mengenalorang lain secara lebih mendalam, sehingga pada akhirnya muncul saling keterbukaan diriyang jika dilakukan dengan baik secara berkesinambungan bisa meningkatkan hubunganmenuju tingkatan yang lebih akrab. Seperti hubungan remaja dengan orang tua dalam sebuahkeluarga. Saat anak masih kecil mungkin orang tua mengenal kepribadiannya. Namun, ketikaia beranjak remaja komunikasi yang lebih intense perlu dilakukan karena remaja merupakanfase yang paling harus diperhatikan oleh orang tua belum tentu anak yang beranjak remajadapat dikenal dengan baik oleh orang tuanya. Semakin sering melakukan pembicaraandengan anak yangtumbuh remaja maka diharapkan anak dapat menaruh kepercayaan padaorang tuanya begitu pula sebaliknya.Salah satu manfaat komunikasi interpersonal adalah mengatasi adanyaketidakpercayaan remaja dan orang tua dalam sebuah keluarga. Ketidakpercayaan orang tuapada anak remajanya terjadi karena kurangnya intensitas komunikasi face to face antarakeduanya. Komunikasi interpersonal saat ini banyak dimanfaatkan dalam segala aspekkehidupan tak terkecuali dalam hubungan keluarga antara remaja dan orang tuanya. Salahsatu wujud pemanfaatan komunikasi interpersonal dalam keluarga adalah adanya interaksiface to face antara remaja dan orang tua dalam keluarga.Begitu pula dengan komunikasi antara anak dan orang tua dalam penelitian ini objekutamanya adalah hubungan orangtua dan anak khususnya remaja. Dalam hal ini facebookmengambil porsi yang cukup besar karena dianggap sebagai penyebab utama berkurangnyaintensitas komunikasi antara orang tua dan remaja. Bagaimana tidak ketika situasi dirumahyang seharusnya mengutamakan quality time dalam keluarga harus tergerus dengan intensitassang remaja dengan komputer di rumah demi mengakses facebook padahal, orang tua hanyamemiliki waktu yang sedikit untuk berada di rumah karena kesibukan mereka bekerja. Hal inimenghambat proses komunikasi yang seharusnya terjadi di rumah dan pada masa remaja halini dianggap sangat penting guna mengetahui pergaulan sang remaja dalam kehidupankesehariannya.I.2 PERUMUSAN MASALAHMerebaknya kasus-kasus negatif yang berhubungan dengan penggunaan facebook inimenimbulkan kekhawatiran orang tua. Peran orang tua sangat penting untuk ikut terlibatbersama anak-anak mereka dalam penggunaan internet guna membentuk pemikiran kritis.Terlebih dalam berhubungan dengan orang-orang yang mereka jumpai saat online. Olehkarena itu, penelitian ini digunakan untuk mempertanyakan bagaimana intensitas interaksiface to face yang dilakukan oleh orang tua dan remaja mereka dalam memberikanpemahaman mengenai penggunaan situs jejaring sosial facebook.I.3 TUJUAN PEMBUATAN PENELITIANUntuk mengetahui hubungan intensitas penggunaan facebook terhadap interaksi faceto face remaja dengan orang tua.I.4 KEGUNAAN PENELITIANa). Kegunaan AkademisPenelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan bidang ilmu komunikasi, khususnyakomunikasi massa baru dalam kajian hubungan media maya dengan komunikasi antarpribadi. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan atau referensi untuk penelitianselanjutnya.b). Kegunaan PraktisPenelitian ini memuat saran untuk pengguna facebook agar dapat menggunakan mediajejaring sosial dengan lebih bijak dan bagi orang tua yang mempunyai anak remaja lebihdapat meluangkan waktu untuk mengawasi remaja agar komunikasi yang terjalin antaraorang tua dan remaja tetap dekat.I.5 KERANGKA TEORITeori New Media (Digital Theory)Pada tahun 1990, Mark Poster meluncurkan buku besarnya, The Second Media Age,yang menandai periode baru di mana teknologi interaktif dan komunikasi jaringan, khususnyadunia maya akan mengubah masyarakat. Gagasan tentang era media kedua yang sebenarnyatelah dikembangkan sejak tahun 1980-an hingga saat ini menandai perubahan yang pentingdalam teori media. Bagi seseorang, hal ini melonggarkan konsep “media” dari komunikasi“massa” hingga berbagai media yang berkisar dari jangkauan yang sangat luas hingga yangsangat pribadi. Kedua, konsep tersebut menarik perhatian kita pada bentuk-bentukpenggunaan media yang baru yang dapat berkisar dari informasi individu dan kepemilikanpengetahuan hingga interaksi. Ketiga, tesis tentang era media kedua membawa teori mediadari kesamaran yang relatif pada tahun 1960-an pada populeritas yang baru pada tahun 1990-an dan seterusnya.Kekuatan media dalam dan dari media itu sendiri kembali menjadi fokus, termasuksebuah minat baru dalam karakteristik penyebaran dan penyiaran media.Era media yang pertama digambarkan oleh :1. Sentralisasi produksi (satu menjadi banyak).2. Komunikasi satu arah.3. Kendali situasi, untuk sebagian besar.4. Reproduksi stratifikasi sosial dan perbedaan melalui media.5. Audiens massa yang terpecah, dan6. Pembentukan kesadaran sosial.Era media kedua, sebaliknya, dapat digambarkan sebagai:1. Desentralisasi2. Dua arah.3. Di luar kendali situasi.4. Demokratisasi.5. Mengangkat kesadaran individu, dan6. Orientasi individu.Mungkin ada dua pandangan yang dominan tentang perbedaan antara era mediapertama, dengan penekanannya pada penyiaran, dan era media kedua, dengan penekanannyapada jaringan. Kedua pandangan tersebut adalah pendekatan interaksi sosial (socialinteraction) dan pendekatan integrasi sosial (social integration).Pendekatan interaksi sosial membedakan media menurut seberapa dekat mediadengan model interaksi tatap muka. Bentuk media penyiaran yang lebih lama dikatakan lebihmenekankan pada penyebaran informasi yang mengurangi peluang adanya interaksi. Mediatersebut dianggap sebagai media informasional dan karenanya menjadi mediasi realitas bagikonsumen. Sebaliknya, media baru lebih interaktif dan menciptakan sebuah pemahaman barutentang komunikasi pribadi. Mungkin pendukung pandangan ini yang paling terkemukaadalah Pierre Levy yang menulis buku terkenal berjudul Cyberculture. Levy memandangWorld Wide Web sebagai sebuah lingkungan informasi yang terbuka, fleksibel dan dinamis,yang memungkinkan manusia mengembangkan orientasi pengetahuan yang baru dan jugaterlibat dalam dunia demokratis tentang pembagian kuasa yang lebih interaktif danberdasarkan pada masyarakat.Dunia maya memberikan tempat pertemuan semu yang memperluas dunia sosial,menciptakan peluang pengetahuan baru, dan menyediakan tempat untuk berbagi pandangansecara luas.Tentu saja, media baru tidak seperti interaksi tatap muka, tetapi memberikan bentukinteraksi baru yang membawa kita kembali pada hubungan pribadi dalam cara yang tidak bisadilakukan oleh media sebelumnya. Ada beberapa masalah dalam membuat perbandingan ini,dan beberapa orang yakin bahwa media yang baru lebih “termediasi” daripada yang akandiyakini oleh para pendukungnya. Media baru juga mengandung kekuasaan dan batasan,kerugian dan keuntungan, dan kebimbangan. Sebagai contoh, media baru mungkinmemberikan penggunaan yang terbuka dan fleksibel, tetapi dapat juga menyebabkanterjadinya kebingungan dan kekacauan.Media yang baru memang pilihan yang sangat luas, tetapi pilihan tidak selalu tepatketika kita membutuhkan panduan dan susunan. Perbedaan adalah salah satu nilai besardalam media baru, tetapi perbedaan juga dapat menyebabkan adanya perpecahan danpemisahan. Media baru mungkin memberikan keluwesan waktu dalam penggunaan, tetapijuga menciptakan tuntunan yang baru.Media yang lebih baru menciptakan sesuatu yang terlihat seperti interaksi, tetapi tidakmirip dengan interaksi tatap muka yang sebenarnya. Malahan, media yang lebih barumenciptakan interaksi dengan simulasi komputer. Ada tingkat interaksi yang tinggi, tetapidengan komputer, tidak dengan individu tertentu. Gagasan ini didukung oleh teori persamaanmedia (media-equation theory), yang menyatakan bahwa kita memperlakukan media sepertima Cara kedua yang membedakan media adalah integrasi sosial. Pendekatan inimenggambarkan media bukan dalam bentuk informasi, interaksi, atau penyebarannya, tetapidalam bentuk ritual, atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakanmasyarakat. Media bukan hanya sebuah instrumen informasi atau cara untuk mencapaiketertarikan diri, tetapi menyatukan kita dalam beberapa bentuk masyarakat dan memberikankita rasa saling memiliki dan berinteraksi dengan media seolah-olah mereka nyata.CMC (Computer Mediated Communication)Adapun komunikasi dengan menggunakan komputer lazim disebut sebagaiKomunikasi Media Komputer (Computer-Mediated Communication). Dampak KMK kedalam dua bagian. Pertama, dampaknya bagi perkembangan bahasa dan kedua dampaknyabagi struktur komunikasi bahasa Indonesia. Berbagai istilah baru bermunculan. Istilah-istilahtersebut mayoritas berasal dari bahasa Inggris. Dampak bagi perkembangan bahasa. Makabeberapa dari kita akan merasa akrab dengan istilah, seperti unduh, unggah, tetikus, daring,dan sebagainya. Kebanyakan merasa lebih nyaman menggunakan kata download, up-load,mouse, dan on-line. Dampak bagi struktur komunikasi. Sampai awal 2000-an, Internet RelayChat masih menjadi sarana komunikasi yang relatif populer. Setelah itu, Instant Messengersemacam Yahoo! Messenger menjadi salah satu yang relatif umum. Meskipun demikian,prinsip dasarnya tetap sama. Sehingga dampaknya bagi struktur komunikasi bahasa Indonesia(termasuk juga bahasa lainnya) secara umum tetap sama. Black et al sebagaimanadiungkapkan Lewis Hassel, menyebutkan bahwa setiap jenis media yang digunakan untukberkomunikasi akan mempengaruhi struktur interaksi komunikasi. Namun, itu bukan berartibahwa komunikasi yang dilakukan tidak berlangsung dengan baik. Bahkan bila dilihat darisudut pandang wacana, rangkaian komunikasi tersebut merupakan wacana yang memilikikesatupaduan.I.6. HipotesisAdapun hipotesa dari pemaparan diatas adalah terdapatnya hubungan penggunaanfacebook terhadap intensitas interaksi face to face remaja dengan orang tua. Artinyasemakin tinggi tingkat penggunaan facebook berarti semakin berkurang tingkat intensitasinteraksi face to face antara remaja dengan orang tua.I.7. Definisi Konseptual1) Intensitas menggunakan FacebookAdalah kualitas penggunaan Facebook .2) Interaksi face to face remaja dengan orang tuaAdalah Interaksi face to face terhadap remaja dan orang tua dalam keluarga.I.8. Definisi Operasional1) Intensitas menggunakan Facebooka) Frekuensi menggunakan Facebook per hari.b) Pengetahuan tentang fitur Facebook.c) Durasi menggunakan Facebook.2) Interaksi face to face terhadap remaja dan orang tuaa) Frekuensi interaksi antara remaja dengan orang tua.b) Aktivitas yang dilakukan remaja dengan orang tua.c) Durasi interaksi antara remaja dengan orang tua.1.9.Metoda Penelitian1.9.1. Tipe PenelitianTipe yang dipakai dalam penelitian ini adalah eksplanatori, yaitu tipe penelitian yangmenjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis(Singarimbun dan Effendi, 1989: 5).Variabel bebas dalam penelitian ini adalah hubungan penggunaan Facebook (X) yangberpengaruh terhadap variabel terikat, yaitu Intensitas interaksi face to face terhadapremaja dengan orang tua (Y).1.9.2. Populasi dan Sampel1.9.2.1.PopulasiPopulasi adalah obyek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan danmengumpulkan data. (Subagyo, 1997: 23).Berdasarkan ensiklopedi Indonesia, Edisi Khusus,1992. Remaja dapat diartikantahap pertumbuhan anak menuju dewasa sejak masa pubertas usia 11-20 tahunbagi perempuan dan 12-21 tahun bagi laki-laki. Sementara itu Facebookmembatasi pengguna jejaring sosialnya berada diatas usia 17 tahun.1.9.2.2.SampelSampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakanteknik tertentu yang disebut teknik sampling. Penelitian ini menggunakanStratified Sampling. Teknik ini digunakan oleh peneliti apabila terdapatkelompok-kelompok subjek, yang di antara kelompok satu dengan lainnya adatingkatan yang membedakan. Peneliti mengambil wakil dari unit-unit populasitersebut dengan sistem perwakilan yang berimbang (Bungin, 2006, h.114).Berdasarkan teknik ini, populasi yang digunakan adalah Siswa-Siswi SMA N 4Semarang Kelas XI. Sampel ini diambil dengan pertimbangan siswa-siswi SMA N4 Semarang kelas XI adalah anak-anak dengan rentang usia 17-18 tahun yangdianggap oleh peneliti sebagai usia yang cocok untuk penelitian ini. Karena dimasa-masa ini banyak anak mengalami proses pencarian jati diri yang seringmengalami ketidakcocokan dengan pandangan orang tua dan cenderung sukamencoba hal-hal baru yang terkadang membahayakan dirinya sendiri.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakanrumus Frank Lynch:. (1 ). . ( 1 )2 22N d z p pN z p p pn Keterangan:n = besar sampelN = besar kerangka sampelZ = nilai formal untuk tingkat kepercayaan 95%=1,96P = harga patokan tertinggi= 0,5d = sampling error = 0,1219.(0,1) (1,96) (0,5)(0,5)219.(1,96) .(0,5)(0,5)2 22n n = 67,75 dibulatkan menjadi 68Berdasarkan perhitungan di atas, besarnya sampel adalah 68 siswa.1.9.3. Teknik Pengambilan SampelMetode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah StratifiedSampling.1.9.4. Jenis dan Sumber Data1.9.4.1.Jenis DataJenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.1.9.4.2.Sumber Data1) Data PrimerData primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat,baik yang dilakukan dalam wawancara, observasi, dan alat lainnya. (Subagyo,1997: 87).Data primer diperoleh melalui hasil kuesioner dari responden dan checklistyang dilakukan terhadap responden.2) Data SekunderData sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari obyekpenelitian, yaitu sumber-sumber tertulis yang terdapat dalam dokumendokumen,data statistik dan referensi lainnya yang berhubungan denganpersoalan yang diteliti (Subagyo, 1997: 88).1.9.5. Skala PengukuranMenurut Sekaran dalam Zulganef (2008: 163), skala pengukuran adalah alat ataumekanisme membedakan individu atau unit analisis berdasarkan variabel-variabeldalam penelitian.a) Variabel bebasVariabel bebas dalam penelitian ini adalah intensitas penggunaanFacebook yang diukur menggunakan skala nominal, yaitu skala yangdigunakan untuk membedakan subjek berdasarkan klasifikasi saja(Zulganef, 2008: 98). Variabel bebas ini diklasifikasikan:i. Rendahii. Kurangiii. Cukupiv. Tinggib) Variabel terikatVariabel terikat dalam penelitian ini adalah interaksi face to face remajadengan orang tua yang diukur menggunakan skala ordinal, yaitu skalayang digunakan untuk membedakan subjek berdasarkan klasifikasi saja(Zulganef, 2008: 98).Variabel terikat ini diklasifikasikan:i. Tinggiii. Tidak tinggi1.9.6. Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah surveimelalui kuesioner yang diberikan kepada responden.Penelitian survei merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan menggunakanpertanyaan terstruktur atau sistematis yang sama kepada banyak orang kemudianjawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis. (Prasetyo danJannah, 2005: 141).1.9.7. Instrumen PenelitianAlat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.Kuesioner merupakan pertanyaan-pertanyan yang telah tersusun secara kronologisdari yang umum mengarah pada khusus untuk diberikan kepada responden yangumumnya merupakan daftar pertanyaan. (Subagyo, 1997: 55).1.9.8. Teknik AnalisisAnalisa kuantitatif, merupakan analisis data yang ditujukan pada data-data berupaangka-angka. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan dalam kategorikategorimaka dihitung dengan analisa kuantitatif yang dilakukan denganmenggunakan uji statistik berupa uji korelasi (Kriyantono, 2006: 163).BAB IIPENJABARAN TENTANG FACEBOOKDANKOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJAII.1. ASAL-USUL JEJARING SOSIAL FACEBOOKMichael zuchkerberg yang mengawali adanya jejaring sosial ini. Michael yang padaawal mulanya membuat jaringan sosial ini hanya untuk memudahkan hubungan komunikasilewat dunia maya antar anggota organisasi di harvard tidak pernah terpikir untukmengkomersialkan jaringan komunikasi kampusnya menjadi pesaing friendster yang telahmendunia. Berawal dari keisengan membuat blog yang menyebarkan seluruh data pribadipenghuni kampus. Michael yang dicap sebagai mahasiswa gagal di universitas harvardmemulai pemberontakannya pada pihak kawan seangkatan hingga kawan satu kampusdengan menyebarkan data-data pribadi milik mahasiswa harvard dan di publikasikan seanterokampus. Akibat perbuatannya banyak mahasiswa yang keberatan dan ada pula yang merasasangat diuntungkan karena bisa lebih kenal atau mengetahui bahwa kenalannya ada juga dijaringan maya tersebut. Kemudian atas saran dari para sahabatnya maka michael mengubahblog kampus menjadi The facebook yang merupakan awal mula dari bentuk facebook.Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh MarkZuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Dalamwaktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh dari semua mahasiswa Harvard telahmendaftar dan memiliki account di Facebook. Tak hanya itu, beberapa kampus lain di sekitarHarvard pun meminta untuk dimasukkan dalam jaringan Facebook. Dalam waktu 4 bulansemenjak diluncurkan, Facebook telah memiliki 30 kampus dalam jaringannya(http://publishedmind.blogspot.com/).Tidak ada situs jejaring sosial lain yang mampu menandingi daya tarik Facebookterhadap user. Pada tahun 2007, terdapat penambahan 200 ribu account baru perharinyaLebih dari 25 juta user aktif menggunakan Facebook setiap hari dan rata-rata penggunamenghabiskan waktu sekitar 19 menit perhari untuk melakukan berbagai aktifitas diFacebook (http://www.crunchbase.com/company/Facebook).Menurut Alexa.com (2010) yang memonitor arus internet, hampir 4 % daripengunjung harian Facebook berasal dari Indonesia, yang menjadikannya berada di tempat ke5 setelah pengunjung dari Amerika, Inggris, Perancis dan Italia (www.thejakartapost.com).Data tersebut merupakan keseluruhan pengguna Facebook yang sebagian besar masih remaja.Dari Jumlah pengguna facebook dari indonesia ternyata laki laki lebih mendominasidengan jumlah pengguna 18,7 juta. sedangkan pengguna perempuan hanya 12,9 juta.Sedangkan, berdasarkan usia, 18-24 tahun merupakan rentang usia terbesar, yakni13,1 juta pengguna (41,5 persen). Disusul rentang usia remaja 14-17 tahun sebesar 8 jutapengguna (25,4 persen), lalu rentang usia 25-34 tahun sebesar 6,8 juta pengguna (21,6persen). Sisanya, tidak lebih dari 20 persen.II. 2. KOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJAKeluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana iabelajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial, dalam interaksi dengan kelompoknya(Kurniadi,2001: 271).Dalam keluarga yang sesungguhnya, komunikasi merupakan sesuatu yang harus dibina,sehingga anggota keluarga merasakan ikatan yang dalam serta saling membutuhkan.Keluarga merupakan kelompok primer paling penting dalam masyarakat, yang terbentuk darihubungan laki – laki dan perempuan, perhubungan ini yang paling sedikit berlangsung lamauntuk menciptakan dan membesarkan anak – anak.Hafied Cangara ( 2002 : 62 ) menjelaskan fungsi komunikasi dalam keluarga adalahmeningkatkan hubungan insani ( Human relation ), menghindari dan mengatasi konflik –konflik pribadi dalam keluarga, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagipengetahuan dan pengalaman dengan orang lain.Menurut Rogers (dalam Depari, 1988, 16) mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatapmuka antara beberapa pribadi. Fokus pandangan berpikir Rogers (dalam Depari, 1988 : 18)apabila dihubungkan dengan penelitian ini berupa komunikasi antara orang tua denganremaja. Saluran dari mulut ke mulut meliputi komunikasi verbal (bahasa lisan) dan nonverbal (isyarat) sewaktu orang tua memberi nasehat atau memberi informasi dan sebaliknyamenerima tanggapan dari remaja.Bagaimana orang tua harus bertindak dalam menyikapi tuntutan kemandirian seorang remaja,berikut ini terdapat beberapa saran :Komunikasi. Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif untukmenghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja komunikasi diisi harus bersifat duaarah, artinya kedua belah pihak harus mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yanglain. Dengan melakukan komunikasi orang tua dapat mengetahui pandangan-pandangan dankerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anak-anak juga dapat mengetahui apa yangdiinginkan oleh orangtuanya.Tanggung jawab bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang diperbuatmerupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani bertanggung jawab (betapapunsakitnya) remaja akan belajar untuk tidak mengulangi hal-hal yang memberikan dampakdampaknegatif (tidak menyenangkan) bagi dirinya.Konsistensi orang tua menerapkan disiplin dan menanamkan nilai-nilai kepada remaja dansejak masa kanak-kanak di dalam keluarga dan menjadi panutan bagi remaja untuk dapatmengembangkan kemandirian dan berpikir secara dewasa. Orang tua yang konsisten akanmemudahkan remaja dalam membuat rencana hidupnya sendiri dan dapat memilih berbagaialternatif karena segala sssesuatu sudah dapat diramalkan olehnya.Sarwono (1998) mengatakan bahwa keluarga merupakan lingkungan primer padasetiap individu. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang luas ia terlebih dahulumengenal lingkungan keluarganya, karena itu sebelum seorang anak mengenal norma-normadan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikannya bagian darikepribadiannya. Orang tua berperan penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efekpositif maupun negatif. Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkunganyang sangat penting bagi remaja (“Remaja”,2004).Menurut Naland (1998) ada beberapa sikap yang harus dimiliki orang tua terhadapanaknya pada saat memasuki usia remaja :1. Orang tua perlu lebih fleksibel dalam bertindak dan berbicara.2. Kemandirian anak diajarkan secara bertahap dengan mempertimbangkan danmelindungi mereka dari resiko yang mungkin terjadi karena cara berpikir yang belummatang. Kebebasan yang diberikan terlalu dini akan memudahkan remaja terperangkap dalampergaulan buruk, obat-obatan terlarang, aktifitas seksual yang tidak bertanggung jawab, danlain-lain.3. Remaja perlu diberi kesempatan melakukan eksplorasi positif yang memungkinkanmereka mendapat pengalaman dan teman yang baru, mempelajari berbagai keterampilanyang sulit dan memperoleh pengalaman yang memberikan tantangan agar mereka dapatberkembang dalam berbagai aspek kepribadiannya.4. Sikap orang tua yang tepat adalah sikap yang authoritative, yaitu dapat bersikaphangat, menerima, memberikan aturan dan norma serta nilai-nilai secara jelas dan bijaksana.Menyediakan waktu untuk mendengar, menjelaskan, berunding dan bisa memberikandukungan pada pendapat anak yang benar.BAB IIITEMUAN PENELITIAN HUBUNGAN PENGGUNAAN FACEBOOKTERHADAP INTERAKSI FACE TO FACE REMAJA DENGAN ORANG TUABab ini menguraikan mengenai temuan penelitian di lapangan mengenai hubunganpenggunaan facebook (X) terhadap interaksi face to face remaja dengan orang tua (Y).Berdasarkan kusioner yang telah dibagikan kepada pelajar SMA Negeri di Semarang, makaakan diuraikan hasil jawaban dari kuesioner tersebut dalam bentuk tabel beserta penjelasandan analisisnya.3.1. Intensitas Penggunaan Facebook3.1.1. Frekuensi Penggunaan FacebookTabel 3.1.1Presentase Penggunaan FacebookJumlah Update Status Frekuensi PersentaseLebih dari 10 kali 2 2,95 %Antara 7-10 kali 44 64,70 %Antara 1-2 kali 22 32,35 %Sesekali / tidak pernah 0 0 %Total 68 100 %3.1.2. Pengetahuan Tentang Fitur FacebookTabel 3.1.2Frekuensi Pengetahuan Tentang Fitur FacebookFitur Facebook Frekuensi PresentaseUpdate Status 66 16,5 %Update Foto / video 65 16,25 %Chattimg 66 16,5 %Message 65 16,25 %Update Berita / Notifikasi 62 15,5 %Belanja 41 10,25 %Instagram 35 8,75 %3.1.3. Durasi Membuka FacebookTabel 3.1.3Presentase Durasi Membuka FacebookDurasi Frekuensi Presentasi24 Jam Non stop 54 79,41 %Setiap Jam 11 16,17 %lebih dari 2 jam 1 1,48 %Hanya 1 jam 2 2,94 %Total 68 100 %3.2. Interaksi Face To Face Remaja Dengan Orang Tua.3.2.1. Frekuensi Interaksi Face To Face Remaja Dengan Orang Tua.3.2.1.A. Frekuensi bertemu dengan Orang tuaTabel 3.2.1.AFrekuensi bertemu dengan Orang TuaWaktu bertemu Frekuensi PresentaseAda 6 8.82 %Jarang ada 1 1,47 %Tidak tentu waktunya 59 86,76 %Tidak ada 2 2.95%Total 68 100 %3.2.1.B. Berdasarkan pengetahuan orang tua tentang facebook remajanya.Tabel 3.2.1.B.Frekuensi orang tua tahu tentang facebook remajanyaPengetahuan orang tua Frekuensi PresentaseTahu 65 95,58 %Tidak tahu 1 1,47 %Pura-pura tidak tahu 0 0 %Tidak mengerti 2 2,95 %Total 68 100 %3.2.2. Frekuensi aktivitas ketika berinteraksi dengan Orang Tua.Tabel 3.2.2.Frekuensi aktivitas ketika berinteraksi dengan Orang Tua.Aktivitas F. 1x seminggu Presentase F. 2x seminggu PresentaseMakanbersama22 22,22 % 42 25,76 %Pergi bersama 37 54,41 % 29 17,79 %Berbicara /ngobrol24 35,29 % 47 28,83 %Nonton TVbersama16 11,92 % 45 27,62 %Total 99 100 % 163 100 %3.2.3. Durasi lamanya bertemu dengan Orang Tua.Tabel 3.2.3.Frekuensi Durasi lamanya bertemu dengan Orang TuaLamanya waktu Frekuensi PresentaseBerjam-jam 2 2,95 %Lebih dari 2 jam 22 32,35 %2 jam saja 43 63,23 %Kurang dari 2 jam 1 1,47 %Total 68 100 %3.2.4. Tingkat kedekatan dengan Orang Tua.Tabel 3.2.4.Tingkat Kedekatan dengan Orang tuaTingkat kedekatan Frekuensi PresentaseSahabat 11 16,18 %Teman 8 11,76 %Hanya orang tua 46 67,64 %Orang yang ditakuti 3 4,42 %Total 68 100 %3.3. Hubungan silang antara penggunaan Facebook terhadap interaksi face to faceremaja dengan Orang tua.Tabel 3.3Tabel Silang Penggunaan Facebook terhadap interaksi Face To Face Remaja denganOrang tuaPenggunaan facebook Interaksi remaja dengan orangtuanyaTotalTidak dekat DekatTinggi 19(59,38%)13(40,62%)32(100%)Cukup 8(30,43%)9(69,57%)17(100%)Kurang 2(42,86%)7(57,14%)9(100%)Rendah 0(0%)10(100%)10(100%)Total 29(43,29%)39(56,71%)68(100%)BAB IVPENUTUPBerikut merupakan rangkuman kesimpulan dan saran dari peneliti terhadappenelitian Hubungan penggunaan Facebook terhadap Intensitas Interaksi Face to faceantara orang tua dan remaja:4.1. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa hipotesis penelitian ini terbukti,yaitu adanya hubungan antara penggunaan facebook terhadap interaksi face to faceremaja dengan orang tua. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 68 respondenditemukan hasil ketika penggunaan facebook tinggi. Maka, remaja akan memilkikecenderungan interaksi dengan orang tua pada tataran rendah. Sebaliknya, ketikapenggunaan facebook rendah. Maka, remaja memiliki kecenderungan interaksidengan orang tua pada tataran yang tinggi. Hal ini terlihat pada tabel silang yangmenunjukkan adanya tingkat penggunaan facebook yang tinggi sebanyak 59,38 %maka tingkat kedekatan dengan orang tua hanya 40,62 %. Sementara ketika tingkatpenggunaan facebook berkisar antara 30,43 % - 0 % maka tingkat kedekatan denganorang tua berkisar antara 69,57 % - 100 %. Selain faktor penggunaan facebook yangtinggi ada pula faktor yang turut mempengaruhi tingkat kedekatan antara orang tuadan remaja. Yaitu, faktor dimana aktivitas antara remaja dengan orang tua merupakanhal yang tidak bisa dihindarkan untuk meningkatkan keakraban antara remaja denganorang tua.4.2.SaranSehubungan dengan temuan penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukanbeberapa saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi pihak terkait berikut ini: Dalam menggunakan Facebook hendaknya remaja dalam pengawasan orang tua.Sehingga, kedekatan orang tua dan remaja dapat terus terjadi baik dalam komunikasioffline maupun online. Bagi orang tua baiknya mengikuti perkembangan teknologi guna mengawasiperkembangan pengetahuan teknologi remaja yang sangat dekat denganperkembangan teknologi khususnya internet. Orang tua hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang fasilitas facebooksehingga dapat mengontrol penggunaannya serta memberikan penjelasan yang cukuptentang diperbolehkan atau tidaknya san remaja memiliki account Facebook.

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.