skip to main content

PEMAKNAAN KHALAYAK TERHADAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MEDIA SOSIAL YOUTUBE

*Fatimah Zahro  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP
Hedi Pudjo Santoso  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP

Citation Format:
Abstract
Media sosial merupakan teknologi berbasis internet yang menyajikan hiburan dan informasi secara cepat, tepat, praktis, dan dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat. Media sosial YouTube sangat menarik untuk diteliti, karena media sosial tersebut dapat menampilkan berbagai informasi dari berbagai karakteristik masyarakat dalam bentuk tayangan audio visual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan khalayak mengenai informasi kasus penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama di media sosial YouTube. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis resepsi. Analisis resepsi memandang khalayak sebagai produser makna, tidak hanya menjadi konsumen media. Teori dalam penelitian ini menggunakan teori decoding-encoding Stuart Hall untuk membantu menjelaskan proses berjalannya decoding-encoding dari informasi yang disajikan oleh media sosial YouTube. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode semiotika Roland Barthes untuk menganalisis makna dominan yang dihasilkan dari banyaknya pesan-pesan yang disampaikan oleh media terkait kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa khalayak aktif dalam memaknai informasi kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama yang diterimanya. Interpretasi khalayak terbagi dalam tiga posisi pemaknaan: dominant-hegemonic position, negotiated position, dan oppositinal position. Tiga dari enam informan sependapat dengan makna dominant-hegemonic position, yakni pernyataan Basuki Tjahaja Purnama mengandung unsur penodaan. Khalayak tersebut memaknai pernyataan Basuki Tjahaja Purnama sesuai dengan makna dominan yang dihadirkan oleh media sosial YouTube. Kedua informan yang lain berada pada posisi negotiated karena menganggap bahwa isi media yang diberikan media sosial YouTube tidak semuanya dapat diterima oleh mereka. Mereka menerima makna dominan yang ada, namun mempunyai alternatif pemaknaan yang lain Sedangkan satu informan lain berada pada posisi oppositional karena menolak isi teks yang di berikan oleh media sosial YouTube. Informan memaknai bahwa Basuki Tjahaja Purnama tidak dengan sengaja melontarkan pernyataan tersebut sehingga tidak ada unsur penodaan di dalamnya.
Fulltext View|Download
Keywords: YouTube, Informasi, Basuki Tjahaja Purnama, Penodaan Agama, Analisis Resepsi

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.