skip to main content

TAHAPAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN LINGKUNGAN SOSIAL PADA INDIVIDU TRANSGENDER/TRANSEKSUAL

*RATIH KHOIRUNNISA  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP
Agus Naryoso, S.Sos, M.Si  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP

Citation Format:
Abstract
Kelompok LGBT dianggap sebagai masalah dan hal negatif yang perlu diselesaikan. Dalam hal ini masyarakat perlu mengetahui bahwa masing-masing pengertian dari Lesbian, Guy, Biseksual, dan Transgender itu berbeda. Jika Lesbian, Guy, dan Biseksual dianggap sebagai sesuatu yang menyimpang, maka berbeda dengan para transgender/transeksual. Para transgender/transeksual merupakan individu yang melakukan proses coming out dalam pencarian jati dirinya. Hal ini berkaitan dengan identitas seksual dan identitas gender seseorang. Jika seseorang terlahir dengan kondisi biologis laki-laki maka ia dapat disebut identitas seksualnya laki-laki namun belum tentu ia memiliki identitas gender laki-laki, begitupun sebaliknya. Inilah yang menjadi fokus peneliti dalam tahapan keterbukaan diri para transgender/transeksual terhadap lingkungan sosialnya. Penelitian ini merupakan studi kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan tradisi penelitian kualitatif yang berakar pada filosofi dan psikologi, dan berfokus pada pengalaman hidup manusia (sosiologi). Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang konsep diri, kepribadian, dan proses komunikasi dalam tahapan keterbukaan diri seorang transgender/transeksual dalam lingkungan sosial yang mengalami perubahan dari FtM (Female to Male) maupun MtF (Male to Female). Perbedaan dalam diri transgender/transeksual sangat mempengaruhi dalam pembentukan konsep diri dan tahapan keterbukaan diri mereka terhadap lingkungan sosial. Transgender/transeksual FtM (Female to Male) mampu membangun konsep diri secara utuh yang dibangunnya secara konsisten. Namun ia mengalami hambatan dalam proses keterbukaan diri dengan orang lain. Transgender/transeksual FtM (Female to Male) hanya mampu membangun komunikasi dengan gender perempuan dan mengabaikan gender laki-laki. Ia tidak bisa membangun kedekatan dengan gender laki-laki (male). Berbeda dengan Transgender/transeksual MtF (Male to Female) yang memiliki hambatan dalam membangun konsep dirinya karena stigma negatif yang terbangun dalam masyarakat terhadap mereka seperti julukan waria atau banci. Namun para transgender/transeksual MtF (Male to Female) justru mampu melalui tahapan keterbukaan diri terhadap lingkungannya secara konsisten. Mereka cenderung terbuka dan mudah membangun komunikasi dengan orang yang baru dikenal. Transgender/transeksual mampu membangun keterbukaan diri dan menjalin hubungan kedekatan di lingkungan sosial mereka sendiri yaitu keluarga dan teman dekat saja
Fulltext View|Download
Keywords: Transgender/transeksual, MtF (Male to Female), FtM (Female to Male), konsep diri, self-disclosure

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.