skip to main content

PUSAT OLAHRAGA TENNIS DI SEMARANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ADVANCED STRUCTURE


Citation Format:
Abstract

Perkembangan olahraga tennis di Indonesia dimulai sejak jaman Belanda pada sekitar tahun
1920. Seiring kian banyaknya murid-murid Indonesia memasuki sekolah - sekolah menengah, khususnya
di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Mereka umumnya para siswa Stovia, Rechrsschool, dan
NIAS yang pada perkembangannya memperkenalkan olah raga ini ke kalangan yang Iebih luas. Tennis
pun mulai dimainkan atau dipertandingkan dalam kegiatan berbagai organisasi pemuda di masa itu.
Olahraga inipun mulai dilihat sehagai penghimpun massa, terutama oleh kaum nasionalis yang mencita-
citakan Kemerdekaan Indonesia.
Hingga masa kini, tenis pun terus berkembang berbagai kota-kota besar di Indonesia salah
satunya kota Semarang. Menurut data yang diperoleh dari PELTI, terdapat setidaknya 15 turnamen
nasional dan 2 turnamen internasional pertahunnya. Dengan frekuensi turnamen pertahun yang
sebanyak itu, sedikit demi sedikit diikuti dengan munculnya banyak atlit yang berprestasi berdasarkan
urutan ranking menurut PELTI. Dari kota Semarang terdapat total 60 atlet berprestasi yang terdiri dari
19 atlit dari kelas junior dan 41 atlit kelas senior. Disamping terdapatnya sebuah turnamen,
dimungkinkan akan menarik perhatian masyarakat untuk menonton. Berdasarkan fasilitas tenis yang
sudah ada, GOR Jatidiri dan GOR Tri Lomba Juang, belum memenuhi standard untuk menggelar suatu
pertandingan skala nasional. Karena menurut standard dari PU, diperlukan minimal 3000 kapasitas
penonton.

Fulltext View|Download

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.