BibTex Citation Data :
@article{IMAJI11706, author = {Faisal Nufus and Hendro Trilistyo and Bambang Supriyadi}, title = {MUSEUM KEBUDAYAAN DI CIREBON}, journal = {IMAJI}, volume = {1}, number = {3}, year = {2012}, keywords = {Museum, Kebudayaan, Cirebon, Dekonstruksi}, abstract = { Cirebon yang merupakan border land atau daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kebudayaan yang berbeda antara budaya jawa peninggalan kerajaan Mataram dan budaya Sunda peninggalan Kerajaan Sunda Kelapa dan Padjadjaran. Cirebon menjelma menjadi suatu daerah yang memiliki heterogenitas budaya yang cukup kompleks. Borderland menghasilkan suatu komunitas unik, yang jika ditilik dari sejarahnya sudah merupakan sarumban (campuran) antara Arab, India dan China. Hal ini terlihat dari salah satu kereta kencana yang paling terkenal yaitu Paksi Naga Liman yang merupakan gabungan dari tiga ekor binatang yang dianggap agung dari Arab, India dan China yang memiliki ilustrasi fiktif dan makna yang sangat luar biasa. Dari semua fenomena yang terjadi itulah, maka perlu adanya suatu penanganan untuk menjadikan kebudayaan Cirebon lebih dikenal baik itu di seluruh Indonesia maupun di mancanegara. Oleh karena itu, demi menjaga kelestarian dan kesinambungan benda- benda seni dan benda-benbda peninggalan bagi masyarakat dimasa mendatang, untuk itu perlu dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Salah satu wadah yang dapat menjadi icon kota adalah adanya museum budaya yang representatif. Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai permuseuman baik itu cara pengumpulan benda cagar budaya, penilaian kelayakan, pemeliharaan dan pameran pameran. hal dasar ini sangat berpengaruh terhadap bentuk ruang dan tata sisrkulasi museum nantinya. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi Museum Kebudayaan di Cirebon dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Dekonstruksi yang akan membuat desain Museum tersebut lebih menarik dan atraktif. Konsep arsitektur Dekonstruksi merupakan penerjemahan dari beberapa filosofi kebudayaan Cirebon dimana konsep dan filosofi Kebudayaana ditampilkanbaik secara jelas maupun hanya esensinya saja ke dalam bentuk dan penampilan bangunan. Bangunan seolah-olah membentuk motif batik mega mendung dan wadasan terpisah satu sama lain sehingga memungkinkan terbentuknya susunan void dan solid yang tidak beraturan. }, issn = {2089-3892}, pages = {389--398} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/imaji/article/view/11706} }
Refworks Citation Data :
Cirebon yang merupakan border land atau daerah perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan kebudayaan yang berbeda antara budaya jawa peninggalan kerajaan Mataram dan budaya Sunda peninggalan Kerajaan Sunda Kelapa dan Padjadjaran. Cirebon menjelma menjadi suatu daerah yang memiliki heterogenitas budaya yang cukup kompleks. Borderland menghasilkan suatu komunitas unik, yang jika ditilik dari sejarahnya sudah merupakan sarumban (campuran) antara Arab, India dan China. Hal ini terlihat dari salah satu kereta kencana yang paling terkenal yaitu Paksi Naga Liman yang merupakan gabungan dari tiga ekor binatang yang dianggap agung dari Arab, India dan China yang memiliki ilustrasi fiktif dan makna yang sangat luar biasa. Dari semua fenomena yang terjadi itulah, maka perlu adanya suatu penanganan untuk menjadikan kebudayaan Cirebon lebih dikenal baik itu di seluruh Indonesia maupun di mancanegara. Oleh karena itu, demi menjaga kelestarian dan kesinambungan benda- benda seni dan benda-benbda peninggalan bagi masyarakat dimasa mendatang, untuk itu perlu dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Salah satu wadah yang dapat menjadi icon kota adalah adanya museum budaya yang representatif.Kajian diawali dengan mempelajari pengertian dan hal-hal mendasar mengenai permuseuman baik itu cara pengumpulan benda cagar budaya, penilaian kelayakan, pemeliharaan dan pameran pameran. hal dasar ini sangat berpengaruh terhadap bentuk ruang dan tata sisrkulasi museum nantinya. Dilakukan juga tinjauan mengenai lokasi Museum Kebudayaan di Cirebon dan pembahasan konsep perancangan dengan penekanan desain Arsitektur Dekonstruksi yang akan membuat desain Museum tersebut lebih menarik dan atraktif.Konsep arsitektur Dekonstruksi merupakan penerjemahan dari beberapa filosofi kebudayaan Cirebon dimana konsep dan filosofi Kebudayaana ditampilkanbaik secara jelas maupun hanya esensinya saja ke dalam bentuk dan penampilan bangunan. Bangunan seolah-olah membentuk motif batik mega mendung dan wadasan terpisah satu sama lain sehingga memungkinkan terbentuknya susunan void dan solid yang tidak beraturan.
Last update:
Alamat RedaksiJurnal IMAJI (ISSN 2089-3892) :Jurusan Arsitektur FT. UNDIPJl. Prof. Soedarto, SH Kampus Tembalang SemarangTelp. (024) 7470690, Fax. (024) 7470690e-mail : imaji@arsitektur.undip.ac.id