PENERAPAN METODE SIX SIGMA DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK KAIN SARUNG GREY DI PT BEHAESTEX PEKALONGAN

Abstract

Abstrak

Kondisi pasar industri yang semakin berkembang menekankan pentingnya bagi setiap perusahaan untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas produknya. PT Behaestex Pekalongan merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang industri tekstil khususnya pembuatan kain sarung grey (greige) yang terletak di Kab. Pekalongan, Jawa Tengah. Namun, pada periode 1 November 2023 hingga 7 Januari 2024 terdapat 66 hari dari 68 hari produksi dimana persentase produk defect melebihi ambang batas maksimum yang ditetapkan perusahaan yaitu melebihi 10%. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kualitas dengan menggunakan pendekatan six sigma. Dalam implementasinya, metode ini menggunakan pendekatan DMAIC, yaitu Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga jenis cacat dominan yang teridentifikasi selama produksi kain grey, antara lain lusi putus, bar renggang, dan pakan masuk. Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa nilai DPMO dan nilai sigma proses pada produksi kain grey berturut-turut adalah sebesar 17.282,568 dan 3,613. Rekomendasi perbaikan cacat diberikan berdasarkan identifikasi akar masalah menggunakan 5 Why’s Analysis. Beberapa usulan perbaikan yang dapat diterapkan diantaranya, dengan melakukan maintenance dan pembuatan jadwal pergantian komponen, mencari supplier/menjalin kerja sama dengan manufaktur lokal/memproduksi sendiri spareparts yang dibutuhkan untuk mesin lama, memperbaiki sistem ventilasi dan penghisap debu di area produksi untuk mengurangi penumpukan flywaste.

Kata kunci: six sigma; pengendalian kualitas; DMAIC; tekstil; kain grey

Abstract

[Application of Six Sigma Method in Quality Control of Gray Sarong Fabric Products at PT Behaestex Pekalongan] The growing industrial market conditions emphasize the importance for each company to maintain or improve the quality of its products. PT Behaestex Pekalongan is one of the manufacturing companies engaged in the textile industry, especially the manufacture of gray (greige) sarong fabrics located in Pekalongan Regency, Central Java. However, in the period November 1, 2023 to January 7, 2024 there were 66 days out of 68 production days where the percentage of defective products exceeded the maximum threshold set by the company, which exceeded 10%. Therefore, it is necessary to improve quality using the six sigma approach. In its implementation, this method uses the DMAIC approach, namely Define, Measure, Analyze, Improve, and Control. The results showed that there were three dominant types of defects identified during the production of gray fabric, including warp breakage, stretch bar, and weft entry. Based on the calculation, it is known that the DPMO value and process sigma value in the production of gray cloth are 17,282.568 and 3.613, respectively. Recommendations for defect improvement are given based on root cause identification using 5 Why's Analysis. Some of the proposed improvements that can be applied include maintenance and making a component replacement schedule, finding suppliers / cooperating with local manufacturers / producing their own spare parts needed for old machines, improving ventilation and vacuuming systems in the production area to reduce flywaste accumulation.

Keywords: six sigma; quality control; DMAIC; textile; gray fabric