BibTex Citation Data :
@article{IEOJ306, author = {Hilda Winandita and PURNAWAN WICAKSONO}, title = {ANALISIS PENGARUH LAMA JAM KERJA PERAWAT ICU TERHADAP TINGKAT KESALAHAN DALAM UPAYA MEMINIMASI HUMAN ERROR (STUDI KASUS R.S XYZ SEMARANG)}, journal = {Industrial Engineering Online Journal}, volume = {1}, number = {3}, year = {2012}, keywords = {lama jam kerja; beban kerja; human error; mediasi; perawat ICU}, abstract = { ABSTRAK R .S XYZ Semarang, merupakan rumah sakit yang menjadi rujukan pasien ICU dalam lingkup Jawa Tengah. Selain memiliki peralatan medis yang canggih, R.S tersebut juga didukung oleh tenaga medis yang dituntut untuk menangani pasien ICU dengan sangat baik, termasuk perawat ICU yang dituntut untuk merawat pasien tanpa kesalahan sedikitpun. Sayangnya, tuntutan tersebut belum didukung dengan sistem kerja yang baik bagi para perawatnya, dimana masih terdapat banyak sekali perawat yang harus bekerja lebih dari jam kerja yang telah dijadwalkan. Hal tersebut dapat menimbulkan beban kerja berlebih serta menurunnya tingkat kewaspadaan yang dapat berakibat pada terjadinya human error, sehingga dapat membahayakan pasien, maka dilakukan uji regresi dengan multiple mediator antara lama jam kerja terhadap tingkat kesalahan melalui variabel mediasi beban kerja fisik, mental, dan tingkat kewaspadaan ( =0.05; kepercayaan= 95%). Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja fisik (CI 95% = 0.3035 – 1.3101) dan beban kerja mental (CI 95% = 0.2299 – 0.7945) merupakan variabel yang memediasi secara signifikan dalam pengaruh lama jam kerja terhadap tingkat kesalahan. Kemudian dilakukan uji post hoc berdasar kedua variabel tersebut, sehingga diketahui lama jam kerja kritis berdasarkan beban kerja fisik dan mental yaitu ketika perawat ICU bekerja selama 15 jam dan 11 jam, yang berarti lama jam kerja maksimal untuk meminimasi kesalahan adalah 8 jam. Adanya peningkatan kesalahan seiring bertambahnya lama jam kerja serta hasil wawancara kepada perawat ICU yang menyatakan banyaknya tugas yang harus dikerjakan ketika merawat pasien, mengindikasikan adanya potensi terjadinya human error pada perawat ICU yang harus diminimasi agar tidak berdampak buruk pada keselamatan pasien. Upaya minimasi human error yang dilakukan menggunakan metode HEART dan SHERPA, menunjukkan bahwa penyebab utama terjadinya potensi human error disebabkan karena tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki (perawat) dengan kapasitas yang dapat diterima (pasien), sehingga diperlukan penambahan jumlah perawat pada bagian ICU, penyediaan checklist untuk meminimasi kelalaian, serta diberlakukan kebijakan 8 jam kerja/shift. }, pages = {1--19} url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/view/306} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
R.S XYZ Semarang, merupakan rumah sakit yang menjadi rujukan pasien ICU dalam lingkup Jawa Tengah. Selain memiliki peralatan medis yang canggih, R.S tersebut juga didukung oleh tenaga medis yang dituntut untuk menangani pasien ICU dengan sangat baik, termasuk perawat ICU yang dituntut untuk merawat pasien tanpa kesalahan sedikitpun. Sayangnya, tuntutan tersebut belum didukung dengan sistem kerja yang baik bagi para perawatnya, dimana masih terdapat banyak sekali perawat yang harus bekerja lebih dari jam kerja yang telah dijadwalkan. Hal tersebut dapat menimbulkan beban kerja berlebih serta menurunnya tingkat kewaspadaan yang dapat berakibat pada terjadinya human error, sehingga dapat membahayakan pasien, maka dilakukan uji regresi dengan multiple mediator antara lama jam kerja terhadap tingkat kesalahan melalui variabel mediasi beban kerja fisik, mental, dan tingkat kewaspadaan (=0.05; kepercayaan= 95%). Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja fisik (CI 95% = 0.3035 – 1.3101) dan beban kerja mental (CI 95% = 0.2299 – 0.7945) merupakan variabel yang memediasi secara signifikan dalam pengaruh lama jam kerja terhadap tingkat kesalahan. Kemudian dilakukan uji post hoc berdasar kedua variabel tersebut, sehingga diketahui lama jam kerja kritis berdasarkan beban kerja fisik dan mental yaitu ketika perawat ICU bekerja selama 15 jam dan 11 jam, yang berarti lama jam kerja maksimal untuk meminimasi kesalahan adalah 8 jam. Adanya peningkatan kesalahan seiring bertambahnya lama jam kerja serta hasil wawancara kepada perawat ICU yang menyatakan banyaknya tugas yang harus dikerjakan ketika merawat pasien, mengindikasikan adanya potensi terjadinya human error pada perawat ICU yang harus diminimasi agar tidak berdampak buruk pada keselamatan pasien. Upaya minimasi human error yang dilakukan menggunakan metode HEART dan SHERPA, menunjukkan bahwa penyebab utama terjadinya potensi human error disebabkan karena tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki (perawat) dengan kapasitas yang dapat diterima (pasien), sehingga diperlukan penambahan jumlah perawat pada bagian ICU, penyediaan checklist untuk meminimasi kelalaian, serta diberlakukan kebijakan 8 jam kerja/shift.
Last update:
Program Studi Teknik Industri
Fakultas Teknik - Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50239
Telp / Fax : (024) 7460052
Email : i_engineering@ymail.com