skip to main content

ANALISA PENGUKURAN KINERJA KARYAWAN BERDASARKAN KOMPETENSI SPENCER

*Raditya Rahman  -  Industrial Engineering Departement Diponegoro University, Indonesia
Rani Rumita  -  Industrial Engineering Departement Diponegoro University, Indonesia
Diana Puspitasari  -  Industrial Engineering Departement Diponegoro University, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Kebutuhan pemakaian tenaga listrik bukan hanya dari segi kuantitas dan kontinuitas, tetapi juga mencakup kebutuhan akan mutu pelayanan. Salah satu usaha PT PLN (Persero) untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah melakukan perbaikan sarana dan sistem pengaturan jaringan distribusi tenaga listrik. Sistem pengaturan jaringan distribusi tenaga listrik dilaksanakan oleh suatu unit organisasi area di lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi, yaitu Area Pengatur Distribusi (APD) , namun dalam pelaksanaan pekerjaannya, PT. PLN (Persero) APD Semarang masih terdapat program program yang belum sesuai denga target yang telah ditetapkan.

Spencer melakukan penelitian mengenai kompetensi terhadap 200 lebih pekerjaan dan menemukan 286 model kompetensi yang muncul dari penelitian tersebut. Dalam tiap  model terdapat 80-98%  yang menunjukan perilaku yang diklasifikasikan menjadi 20 kompetensi. Sehingga kompetensi hasil penelitian Spencer.tersebut dapat digunakan untuk mendiagnosis perilaku secara menyeluruh yang mendasari karyawan menyebabkan hasil  suatu pekerjaan Model kompetensi Spencer tersebut akan digunakan untuk mengetahui kebutuhan kompetensi suatu pekerjaan dalam bentuk indikator, yang diolah menggunakan Analityc Hierarchy Process (AHP). Setelah diketahui bobot kepentingannya, pengukuran kinerja dilakukan dengan Objective Matrix (OMAX) untuk mengetahui nilai pencapaian kinerja tiap indikator.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja yang masih kurang   dilihat dari perilaku yang mendasarinya atau dinamakan kompetensi. Dari hasil pengolahan dan analisa kinerja dapat diketahui bahwa kelompok yang paling berpengaruh terhadap kesuksesan hasil pekerjaan adalah berprestasi dan tindakan, karena memiliki bobot  kepentingan terbesar dan indkator dalam kelompok tersebut ada yang termasuk dalam kategori“buruk” (dalam skala 10) yaitu motivasi dalam bekerja. Perusahaan harus meningkatkan kompetensi berprestasi dan tindakan dengan indikator motivasi dalam bekerja sehingga dalam beberapa waktu kedepan, nilai pencapaian kinerja perusahaan dapat masuk dalam kategori “baik”. Namun juga memperhatikan kompetensi lainnya yang berkategori sedang juga mempertahankan kompetensi yang telah berkagori baik.

Fulltext
Keywords: Pengukuran Kinerja; Kompetensi Spencer; Analithic Hierarchy Process; Objective Matrix

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.