skip to main content

PENENTUAN TINGKAT LAHAN KRITIS MENGGUNAKAN METODE PEMBOBOTAN DAN ALGORITMA NDVI (Studi Kasus: Sub DAS Garang Hulu)

Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 27 Jan 2015.

Citation Format:
Abstract

ABSTRAK

Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan syarat konservasi tanah dan air berpotensi menyebabkan terjadinya degradasi lahan yang pada akhirnya akan menimbulkan lahan kritis. Dampak adanya lahan kritis ini adalah penurunan tingkat kesuburan tanah, berkurangnya ketersediaan sumber air pada musim kemarau serta mengakibatkan banjir pada musim hujan. Pemetaaan lahan kritis pada Sub DAS Garang Hulu diperlukan untuk memberikan tingkat pengelolaan yang tepat sehingga tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran tingkat kekritisan lahan Sub DAS Garang Hulu dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu Departemen Kehutanan No. P.4/V-SET/2013 yaitu metode tumpang tindih, pemberian skor serta pembobotan tiap parameter. Parameter yang digunakan yaitu peta kelas vegetasi, peta kelas produktivitas, peta kelas lereng, peta kelas erosi dan peta kelas manajemen. Peta kelas vegetasi dibuat dari interpretasi citra landsat 8 menggunakan transformasi NDVI. Penentuan lahan kritis di lakukan dengan tumpang tindih data raster dengan pembagian 3 kawasan yaitu kawasan budidaya pertanian, kawasan hutan lindung dan kawasan lindung di luar kawasan hutan.

Berdasarkan hasil pengolahan data, kriteria kelas sangat kritis pada kawasan budidaya pertanian dengan luas 339,03 Ha (4,34%), pada kawasan hutan lindung seluas 0,63 Ha (0,008%) dan pada kawasan lindung di luar kawasan hutan seluas 1,17 Ha (0,018%). Analisis tiap kecamatan menunjukkan bahwa kriteria kelas sangat kritis terluas berada di kecamatan Banyumanik dengan luas 102,51 Ha (1,32%), kriteria kelas kritis terluas berada di kecamatan Gunungpati dengan luas 231,57 Ha (2,97%), kriteria kelas agak kritis dengan luas 249,39 Ha (3,20%), kelas potensial kritis dengan luas 1.243,53 Ha (15,96%), dan kelas tidak kritis dengan luas 1.842,48 Ha (23,65%) berada di kecamatan Ungaran Barat.Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan peningkatan kekritisan lahan yang terjadi yaitu dengan memberdayakan lahan- lahan tidur (tegalan, tanah kosong) sesuai aturan konservasi tanah. Pemberdayaan lahan tidur ini nantinya mampu meningkatkan nilai lahan itu sendiri baik terutama dari segi produktivitas.

Kata kunci :Lahankritis, NDVI, PenginderaanJauh, SistemInformasiGeografis(SIG), TumpangTindih.

 

ABSTRACT

Land use does not attention to the rules of soil and water conservation potentially lead to land causes of degradation that will eventually lead to critical land. The impact ofthe existence ofcritical landis thedecreaseof soilfertility, lack ofwater resourcesin dryseasonandin rain season. Critical land mapping is necessary to determine the right efforts in the management of upper course of Garang Hulu Sub Watershed until not disturb ecosystem balanced. 

This researchaims to determinethe distribution ofthe critical level ofGarangHulu sub watershedtoutilizeremote sensing technologyandgeographicinformationsystems. The method based on Forestry Department P.4/V-SET/2013 by overlap method, scoring and weighting of each parameter. The parameters used are  map of vegetation class, productivity class map, class map slope, erosion class map, and class map management. Vegetation class map created from Landsat 8 imagery interpretation using NDVI transformation. Determination ofcritical landdowithraster dataoverlapwiththe distribution ofthreeregionsnamelyfarm area, protected forest areas, andprotected areasoutside theforest area.

Based on the results of data processing, the class is very critical criteria in the farm area with immensityof 339.03 Ha (4.34%), the area of protected forest area with immensity of 0.63 Ha (0.008% and in protected areas outside the forest area with immensity of 1.17 H (0.018%). Analysis shows that every district is very critical criteria widest class are in Banyumanik subdistricts with immensity of 102.51 Ha (1.32%), the largest class criteria are critical in Gunungpati subdistrict with immensity of 231.57 Ha (2.97%), criteria rather critical class with immensity of 249.39 Ha (3.20%), with a critical potential class area with  immensity of 1.243.53 Ha (15.96%) and are not critical class area with immensity of 1,842.48 Ha (23.65%) located in West Ungaran subdistrict. There is one of way that can be done to minimize the increase in the occurring of critical land which is to empower idle land (wasteland) in accordance with the rules of conservation land. Empowering these idle lands will be able to increase the value of the land itself, well especially in terms of productivity.

Keywords : Critical land, NDVI,Remote sensing,Geographic Information Systems (GIS),Overlay.
Fulltext View|Download

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.