Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip19315, author = {Roy Kasfari and Bambang Yuwono and Moehammad Awaluddin}, title = {PENGAMATAN PENURUNAN MUKA TANAH KOTA SEMARANG TAHUN 2017}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {7}, number = {1}, year = {2018}, keywords = {GPS, Kota Semarang, Laju Penurunan Muka Tanah}, abstract = { ABSTRAK Penurunan muka tanah merupakan fenomena yang merugikan bagi wilayah yang mengalaminya. Banyak faktor penyebab yang mendukung terjadinya fenomena ini diantaranya jenis tanah, tata guna lahan, penggunaan air tanah, dan sebagainya. Akibat yang ditimbulkan juga bermacam-macam seperti banjir rob serta kerusakan infrastruktur dan fasilitas di wilayah yang mengalami. Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia sudah mengalami fenomena ini. Dari penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2008 hingga tahun 2016, Kota Semarang telah mengalami laju penurunan muka tanah. Nilai Laju penurunan tanah juga berbeda pada setiap wilayah Kecamatannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Kota Semarang mengalami penurunan muka tanah setiap tahun. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya mitigasi. Setelah diketahui bahwa dari tahun 2008-2016 Kota Semarang mengalami penurunan muka tanah, maka pada tahun 2017 tetap dilakukan pengamatan untuk membuktikan apakah pada tahun 2017 Kota Semarang masih mengalami penurunan muka tanah. Mengetahui laju penurunan muka tanah Kota Semarang pada tahun 2017 dilakukan dengan menggunakan teknologi GPS. GPS melakukan pengamatan dan perekaman data pada 7 titik tersebar dan telah ditentukan letaknya di Kota Semarang. Titik tersebut antara lain N259, SP05, SMK3, CTRM, K371, dan KOP8 serta titik T447 sebagai base . Selanjutnya data yang diperoleh, diproses pada software GAMIT 10,6 (2016) untuk mengetahui nilai laju penurunan muka tanah. Dari penelitian ini, diperoleh nilai laju penurunan muka tanah tertinggi berada pada titik KOP8 yaitu berkisar ± 21,33 cm. Sementara itu, nilai laju penurunan terendah berada pada titik SMK3 yaitu berkisar ± 2,18 cm. Nilai laju penurunan muka tanah yang diperoleh merupakan laju penurunan yang dialami Kota Semarang selama kurun waktu empat tahun terakhir (2013-2017). Dan selanjutnya hasil laju penurunan dihubungkan dengan data sekunder seperti tata guna lahan, jumlah penduduk, penggunaan air tanah, dan jenis tanah. Kata Kunci : GPS, Kota Semarang, Laju Penurunan Muka Tanah ABSTRACT Land subsidence is a phenomenon that giving so many disadvantages to the exposed area. There are so many factors that cause this phenomenon such as land types, landuse , groundwater using, and many others. The various impact would happen, for instance, tidal flood and infrastructure and facility damage in the exposed area above. Semarang city as one of the big city in Indonesia has been experiencing this phenomenon. A research result that has conducted since 2008 until 2016 shows that Semarang city experienced a rate of land subsidence . The rate itself has a differentiation between each of sub-district. Based on those research that shown Semarang city has a rate land subsidence for every year. Therefore it requires a mitigation. After it is known that Semarang city has the rate of land subsidence from the year of 2008 until 2016, then an observing activity on 2017 is still required to know whether Semarang city has a rate of land subsidence or not. To find out the rate of land subsidence in 2017, it would be done by using a GPS. GPS is observing and data recording on seven spread points and the location has been determined in the Semarang city itself. Those seven points are N259, SP05, SMK3, CTRM, K371, KOP8, and the T447 as the base. Furthermore, after all of the data has been gathered, it is proceed by using GAMIT 10,6 (2016) software to finding out the rate of land subsidence. Based on this research it is known that the highest rate of land subsidence is located on point KOP8 which is around ± 21,33 cm. Meanwhile, the lowest rate of land subsidence is located on SMK3 which is around ± 2,18 cm. Semarang city has been experiencing rate of land subsidence for the last four years (2013-2017). Furthermore, the rate of land subsidence is connected to secondary data such as landuse , the amount of population, groundwater using, and land types. Keywords : GPS, Rate of Land Subsidence, Semarang City }, issn = {2809-9672}, pages = {120--130} doi = {10.14710/jgundip.2017.19315}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/19315} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Penurunan muka tanah merupakan fenomena yang merugikan bagi wilayah yang mengalaminya. Banyak faktor penyebab yang mendukung terjadinya fenomena ini diantaranya jenis tanah, tata guna lahan, penggunaan air tanah, dan sebagainya. Akibat yang ditimbulkan juga bermacam-macam seperti banjir rob serta kerusakan infrastruktur dan fasilitas di wilayah yang mengalami. Kota Semarang sebagai salah satu kota besar di Indonesia sudah mengalami fenomena ini. Dari penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2008 hingga tahun 2016, Kota Semarang telah mengalami laju penurunan muka tanah. Nilai Laju penurunan tanah juga berbeda pada setiap wilayah Kecamatannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Kota Semarang mengalami penurunan muka tanah setiap tahun. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya mitigasi. Setelah diketahui bahwa dari tahun 2008-2016 Kota Semarang mengalami penurunan muka tanah, maka pada tahun 2017 tetap dilakukan pengamatan untuk membuktikan apakah pada tahun 2017 Kota Semarang masih mengalami penurunan muka tanah. Mengetahui laju penurunan muka tanah Kota Semarang pada tahun 2017 dilakukan dengan menggunakan teknologi GPS. GPS melakukan pengamatan dan perekaman data pada 7 titik tersebar dan telah ditentukan letaknya di Kota Semarang. Titik tersebut antara lain N259, SP05, SMK3, CTRM, K371, dan KOP8 serta titik T447 sebagai base. Selanjutnya data yang diperoleh, diproses pada software GAMIT 10,6 (2016) untuk mengetahui nilai laju penurunan muka tanah. Dari penelitian ini, diperoleh nilai laju penurunan muka tanah tertinggi berada pada titik KOP8 yaitu berkisar ± 21,33 cm. Sementara itu, nilai laju penurunan terendah berada pada titik SMK3 yaitu berkisar ± 2,18 cm. Nilai laju penurunan muka tanah yang diperoleh merupakan laju penurunan yang dialami Kota Semarang selama kurun waktu empat tahun terakhir (2013-2017). Dan selanjutnya hasil laju penurunan dihubungkan dengan data sekunder seperti tata guna lahan, jumlah penduduk, penggunaan air tanah, dan jenis tanah.
Kata Kunci : GPS, Kota Semarang, Laju Penurunan Muka Tanah
ABSTRACT
Land subsidence is a phenomenon that giving so many disadvantages to the exposed area. There are so many factors that cause this phenomenon such as land types, landuse, groundwater using, and many others. The various impact would happen, for instance, tidal flood and infrastructure and facility damage in the exposed area above. Semarang city as one of the big city in Indonesia has been experiencing this phenomenon. A research result that has conducted since 2008 until 2016 shows that Semarang city experienced a rate of land subsidence. The rate itself has a differentiation between each of sub-district. Based on those research that shown Semarang city has a rate land subsidence for every year. Therefore it requires a mitigation. After it is known that Semarang city has the rate of land subsidence from the year of 2008 until 2016, then an observing activity on 2017 is still required to know whether Semarang city has a rate of land subsidence or not. To find out the rate of land subsidence in 2017, it would be done by using a GPS. GPS is observing and data recording on seven spread points and the location has been determined in the Semarang city itself. Those seven points are N259, SP05, SMK3, CTRM, K371, KOP8, and the T447 as the base. Furthermore, after all of the data has been gathered, it is proceed by using GAMIT 10,6 (2016) software to finding out the rate of land subsidence. Based on this research it is known that the highest rate of land subsidence is located on point KOP8 which is around ±21,33 cm. Meanwhile, the lowest rate of land subsidence is located on SMK3 which is around ± 2,18 cm. Semarang city has been experiencing rate of land subsidence for the last four years (2013-2017). Furthermore, the rate of land subsidence is connected to secondary data such as landuse, the amount of population, groundwater using, and land types.
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro