Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{JGUndip10559, author = {Farrah Istiqomah and Bandi Sasmito and Fauzi Amarrohman}, title = {PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI MENGGUNAKAN APLIKASI DIGITAL SHORELINE ANAYSIS SYSTEM (DSAS) STUDI KASUS : PESISIR KABUPATEN DEMAK}, journal = {Jurnal Geodesi Undip}, volume = {5}, number = {1}, year = {2016}, keywords = {}, abstract = { ABSTRAK Perubahan garis pantai di Kabupaten Demak terjadi disebabkan oleh proses abrasi dan akresi yang terpicu karena aktivitas manusia yang intensif di wilayah pesisir. Hal ini disebabkan juga oleh banjir rob yang sering terjadi di wilayah ini dan pengaruh sifat fisik laut. Abrasi dan akresi terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Kabupaten Demak sehingga garis pantainya mengalami perubahan yang cukup drastis. Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh sebagai kajian yang cepat untuk mendeteksi perubahan garis pantai Kabupaten Demak dengan menggunakan citra Landsat 7 tahun 2011-2012 dan citra Landsat 8 tahun 2013-2015 sebagai data primer. Informasi garis pantai diperoleh menggunakan metode rationing untuk memisahkan batas air dan darat. Informasi garis pantai tahun 2011 digunakan sebagai titik awal pengamatan perubahan garis pantai atau Baseline dan informasi garis pantai tahun 2012-2015 dihitung laju perubahannya. Perhitungan laju perubahan garis pantai menggunakan perangkat lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS). Hasil penelitian menunjukan terjadi perubahan garis pantai yang signifikan di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak dengan nilai akresi maksimum sebesar 233,994 meter dan abrasi maksimum sebesar 141,037 meter. Prediksi perubahan garis pantai tahun 2016-2020 yang terbesar perubahannya terlihat pada transek A dengan akresi sebesar +280,92 meter dan terkecil pada transek H dengan abrasi sebesar -0,004. Abrasi dan akresi disebabkan oleh kurang terjaganya ekosistem mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang fungsinya berubah menjadi areal tambak atau pemukiman. Kata Kunci : garis pantai, DSAS, Kabupaten Demak, abrasi, akresi ABSTRACT Shoreline changes in Demak which is caused by abrasion and accretion processes and triggered due to intensive human activities in coastal areas. It is also caused by the tidal flood that often occur in this area and the influence of physical characteristic of the ocean. Abration and accrestion occurs in almost all coastal areas and it happen quite drastic. This research use remote sensing method as a quick study to detect the shoreline changes in Demak with Landsat 7 images in 2011-2012 and Landsat 8 images in 2013-2015 as the primary data. Shorelines information obtained by using rationing method to delineated the water and the land. The 2011 shoreline used as a starting point to calculate the changes between 2012-2015 shorelines. This research use Digital Shoreline Analysis System (DSAS) to calculate the rate-of-changes between the shorelines. The results showing the most significant changes occur in Wedung, Demak with maximum accretions 233.9941 meter and maximum abrations 141.037 meter. The biggest changes at predicton of shoreline changes between 2016-2020 is transect A with accretion +280.92 meter and the lowest is transek H with abration -0.004 meter. Abration and accretion happen because of the lack to maintain the mangrove ecosystem in coastal areas of Demak whose function turned into area of ponds or settlement. Key words : shorelines, DSAS, demak, abration, accretion *)Penulis, Penanggungjawab }, issn = {2809-9672}, pages = {78--89} doi = {10.14710/jgundip.2016.10559}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/geodesi/article/view/10559} }
Refworks Citation Data :
ABSTRAK
Perubahan garis pantai di Kabupaten Demak terjadi disebabkan oleh proses abrasi dan akresi yang terpicu karena aktivitas manusia yang intensif di wilayah pesisir. Hal ini disebabkan juga oleh banjir rob yang sering terjadi di wilayah ini dan pengaruh sifat fisik laut. Abrasi dan akresi terjadi hampir di seluruh wilayah pesisir Kabupaten Demak sehingga garis pantainya mengalami perubahan yang cukup drastis.
Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh sebagai kajian yang cepat untuk mendeteksi perubahan garis pantai Kabupaten Demak dengan menggunakan citra Landsat 7 tahun 2011-2012 dan citra Landsat 8 tahun 2013-2015 sebagai data primer. Informasi garis pantai diperoleh menggunakan metode rationing untuk memisahkan batas air dan darat. Informasi garis pantai tahun 2011 digunakan sebagai titik awal pengamatan perubahan garis pantai atau Baseline dan informasi garis pantai tahun 2012-2015 dihitung laju perubahannya. Perhitungan laju perubahan garis pantai menggunakan perangkat lunak Digital Shoreline Analysis System (DSAS).
Hasil penelitian menunjukan terjadi perubahan garis pantai yang signifikan di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak dengan nilai akresi maksimum sebesar 233,994 meter dan abrasi maksimum sebesar 141,037 meter. Prediksi perubahan garis pantai tahun 2016-2020 yang terbesar perubahannya terlihat pada transek A dengan akresi sebesar +280,92 meter dan terkecil pada transek H dengan abrasi sebesar -0,004. Abrasi dan akresi disebabkan oleh kurang terjaganya ekosistem mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Demak yang fungsinya berubah menjadi areal tambak atau pemukiman.
Kata Kunci : garis pantai, DSAS, Kabupaten Demak, abrasi, akresi
ABSTRACT
Shoreline changes in Demak which is caused by abrasion and accretion processes and triggered due to intensive human activities in coastal areas. It is also caused by the tidal flood that often occur in this area and the influence of physical characteristic of the ocean. Abration and accrestion occurs in almost all coastal areas and it happen quite drastic.
This research use remote sensing method as a quick study to detect the shoreline changes in Demak with Landsat 7 images in 2011-2012 and Landsat 8 images in 2013-2015 as the primary data. Shorelines information obtained by using rationing method to delineated the water and the land. The 2011 shoreline used as a starting point to calculate the changes between 2012-2015 shorelines. This research use Digital Shoreline Analysis System (DSAS) to calculate the rate-of-changes between the shorelines.
The results showing the most significant changes occur in Wedung, Demak with maximum accretions 233.9941 meter and maximum abrations 141.037 meter. The biggest changes at predicton of shoreline changes between 2016-2020 is transect A with accretion +280.92 meter and the lowest is transek H with abration -0.004 meter. Abration and accretion happen because of the lack to maintain the mangrove ecosystem in coastal areas of Demak whose function turned into area of ponds or settlement.
Key words: shorelines, DSAS, demak, abration, accretion
Article Metrics:
Last update:
View My Stats
Jurnal Geodesi Undip
Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro