skip to main content

Gambaran Penerimaan Diri Remaja Korban Perceraian

Fakultas Psikologi dan Kesehatan, Universitas Negeri Padang, Indonesia, Indonesia

Received: 30 Dec 2023; Published: 11 Jul 2024.
Open Access Copyright 2024 Jurnal EMPATI
Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Citation Format:
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana remaja yang menjadi korban perceraian mengalami penerimaan terhadap diri mereka. Perceraian dianggap sebagai puncak dari serangkaian masalah yang berakumulasi dan merupakan langkah terakhir yang diambil ketika perkawinan tidak dapat dipertahankan lagi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi dengan dua partisipan yang memiliki karakteristik sebagai anak remaja yang mengalami perceraian orangtua. Penerimaan terhadap perceraian orangtua tidak dapat dicapai secara spontan oleh anak, melainkan melalui tahapan-tahapan tertentu yang terkait dengan kehidupan pasca perceraian, termasuk dampak psikologis dan sosial yang dirasakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceraian memberikan dampak negatif seperti perasaan minder, kehilangan figur keluarga, dan kenakalan remaja. Faktor-faktor yang membantu dalam proses penerimaan diri termasuk keberadaan figur ibu yang kompeten, berkurangnya konflik orangtua, serta dukungan positif dari lingkungan sekolah dan teman-teman, yang membantu para partisipan bangkit dari keterpurukan setelah menghadapi perceraian orangtua. 
Fulltext View|Download
Keywords: perceraian orang tua; remaja; penerimaan diri

Article Metrics:

  1. Bailon, G, & Maglaya. (1978). Perawatan kesehatan keluarga. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Keehatan RI
  2. Dariyo, A. (2007). Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama. PT Refika Aditama
  3. Dewi, I. A. S. K., & Herdiyanto, Y. (2018). Dinamika penerimaan diri pada remaja broken home di Bali. Jurnal Psikologi Udayana
  4. Feist, J., & Feist, G.J. (2008). Theories of personality (Edisi 6). Salemba Humanika
  5. Germer, C. K. (2009). The mindful path to self-compassion freeing yourself from destructive thoughts and emotions. The Guilford Press
  6. Hermansyah, M. T., & Hadjam, M. R. (2020). Resiliensi pada remaja yang mengalami perceraian orang tua: Studi literatur. Motivasi: Jurnal Psikologi
  7. Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga. KENCANA
  8. Mc-Collum, S. (2009). Character education: Managing conflict resolution. Routledge Curzon
  9. Nurviana, E.V. (2006). Penerimaan diri penderita epilepsi. Jurnal Psikologi, 5(1)
  10. Padatu, H. (2015). Konsep diri dan self disclosure remaja broken home di Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Universitas Hasanuddin
  11. Sayekti, P. (1994). Bimbingan dan konseling keluarga. Menara Mas Offset
  12. Ramadhani, Erika P., & Krisnani, H. (2019). Analisis dampak perceraian orang tua terhadap anak remaja. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial
  13. Schneider, A. A. (2008). Personal adjustment and mental health. Holtt. Renehart and Winston Inc
  14. Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. PT Alfabet
  15. Wangge, W., Raskass, B. D. (2014). Hubungan antara penerimaan diri dengan harga diri pada remaja pasca perceraian orang tua. Repository Universitas Airlangga

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.