skip to main content

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGENAI STATUS PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN KESIAPAN UNTUK BERUBAH PADA TENAGA KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Received: 22 Mar 2018; Published: 26 Mar 2018.

Citation Format:
Abstract

Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi mengenai status Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN BH) dengan kesiapan untuk berubah. Kesiapan untuk berubah adalah sikap pegawai yang menyetujui, mendukung serta melaksanakan perubahan dalam tercapainya efektivitas dalam organisasi. Persepsi mengenai status PTN BH adalah sebuah interpretasi dasar yang dimiliki seseorang mengenai adanya status PTN BH, yang diproses secara konstruktif pada lingkungannya berasal. Persepsi dalam diri seseorang dengan sedemikian rupa dapat membentuk suatu sikap yang erat kaitannya dengan kesiapan untuk berubah. Sampel penelitian 115 pegawai tenaga kependidikan Universitas Diponegoro yang didapatkan dengan teknik cluster random sampling. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah skala kesiapan untuk berubah (23 aitem, α = 0,860) dan skala persepsi mengenai status PTN BH (26 aitem, α = 0,894). Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara persepsi mengenai status PTN BH dengan kesiapan untuk berubah (r = 0,349; p = 0,000; p< 0,05). Persepsi mengenai status PTN BH memberikan sumbangan efektif sebesar 12,2% terhadap kesiapan untuk berubah.

 

 

Fulltext View|Download
Keywords: kesiapan untuk berubah, persepsi, PTN BH, Universitas Diponegoro

Article Metrics:

  1. Ajo. (2014). Kemkominfo: Pengguna internet di indonesia capai 82 Juta. Diunduh dari: https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker pada tanggal 01 mei 2016
  2. Digdoyo, R. (2015). Matinya empati biang anarki. Diunduh dari: http://www.kompasiana.com/ronodigdoyo/matinya-empatibianganarki_55185be481331126699de652 pada tanggal 26 april 2016
  3. Hoffman, M. L. (2000). Empathy and moral development: implications for caring and justice. New York: Cambridge University Press
  4. Hurlock, E. B. (2008). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga Ioannidou, F., & Konstantikaki, V. (2008). Empathy and emotional intelligence : what is it really about?. International Journal of Caring Sciences, 1(3): 118-123. Neff, K. D. (2012). The science of self-compassion. In C. Germer & R. Siegel (Eds.), Compassion and Wisdom in Psychotherapy (pp. 79-92). New York: Guilford Press
  5. Pedersen, R (2007). Empathy: A wolf in sheep’s clothing? Med Health Care and Philos, 11:325–335
  6. Purnama, R. R. (2014). Psikolog: Indonesia mengalami krisis moral. Diunduh dari http://metro.sindonews.com/read/844135/31/psikolog-indonesia-mengalami-krisis-moral-1394739473 pada tanggal 01 mei 2016
  7. Mawarni, R., Hardjono., Andayani, T. R., (2013). Hubungan antara mencari mencari sensasi dan empati dengan school bullying pada remaja putra kelas X dan XI di madrasah mu’allimin muhammadiyah yogyakarta. Jurnal Psikologi UNS
  8. Stoltz, P. G. (2008). Adversity quotient: Mengubah hambatan menjadi peluang. Jakarta: Grasindo
  9. Stueber, K. R. (2006). Rediscovering empathy: Agency, folk psychology, and the human sciences. London: The MIT Press
  10. Ulviatun, E. (2016). Peningkatan empati melalui teknik photovoice pada kelas x. E-Journal Bimbingan dan Konseling, 10:340-346

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.