skip to main content

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 30 Apr 2015.

Citation Format:
Abstract
Pada masa remaja awal (13-17 tahun), individu berada dalam masa mencari teman sebaya dan mulai berlatih untuk tidak tergantung pada orangtua. Individu sebaiknya memiliki kemampuan berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan, salah satunya dengan memiliki asertivitas. Faktor yang mempengaruhi asertivitas salah satunya adalah jenis kelamin. Asertivitas bisa didapat di rumah atau di sekolah dengan cara menanamkan kemandirian. Individu yang memiliki kemandirian dapat mengambil keputusan dengan pertimbangan matang. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hubungan antara kemandiran dengan asertivitas pada remaja awal kelas VIII di SMPN 1 Semarang; (2) mengetahui perbedaan asertivitas berdasarkan jenis kelamin. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Semarang yang berusia 13-17 tahun sejumlah 276 siswa. Sampel sebanyak 125 siswa diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Kemandirian (34 aitem valid, α = .90) dan Skala Asertivitas (35 aitem valid, α = .91). Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian dengan asertivitas (r = .75; p < .001). Artinya, semakin tinggi kemandirian yang dimiliki remaja semakin tinggi pula asertivitasnya, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan tingkat asertivitas berdasarkan jenis kelamin (t = -1.20; p> .05). Kemandirian memberikan sumbangan efektif sebesar 57% pada asertivitas dan sebesar 43% asertivitas ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Remaja perlu meningkatkan kemampuan dalam kemandirian agar memiliki asertivitas, misalnya melalui belajar untuk lebih tidak tergantung orang lain, dan percaya pada kemampuan diri sendiri dalam mengambil keputusan.
Fulltext View|Download
Keywords: autonomy, assertiveness, gender, early adolescence, students of class VIII

Article Metrics:

  1. DeVito, J.A. (2006). Human communication: The basic course (10th Ed). New York, NY: Pearson
  2. Gunarsa, S. D. (2012). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Penerbit Libri
  3. Hartley, P. (2001). Interpesonal communications (2ndEd). New York, NY: Routledge
  4. Hurlock, E. B. (1997). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga
  5. Rakos, R. F. (1991). Assertive behavior: Theory, research and training. New York, NY: Routledge
  6. Santrock, J. W. (2002). Life span development: Perkembangan masa hidup (edisi 5 jilid 2). Jakarta: Erlangga
  7. Santrock, J. W. (2007a). Perkembangan anak (edisi 11, jilid 2). Jakarta: Penerbit Erlangga
  8. Santrock, J. W. (2007b). Perkembangan remaja (edisi 11, jilid 1). Jakarta: Penerbit Erlangga
  9. Sarwono, S.W. (2004). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo
  10. Stein, S. J., & Book, H. E. (2004). Ledakan EQ: 15 prinsip dasar kecerdasan emosional meraih sukses. Bandung: Kaifa
  11. Steinberg, L. (2002). Adolescence (6th Ed). New York, NY: McGraw-Hill. Inc

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.