slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
PENGALAMAN ISTRI YANG TIDAK MEMILIKI ANAK DAN MENJALANI PERNIKAHAN COMMUTER | Azizah | Jurnal EMPATI skip to main content

PENGALAMAN ISTRI YANG TIDAK MEMILIKI ANAK DAN MENJALANI PERNIKAHAN COMMUTER

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 30 Apr 2015.

Citation Format:
Abstract
Pernikahan commuter adalah pasangan suami istri yang secara sukarela tinggal di lokasi geografis yang berbeda dan dipisahkan setidaknya tiga malam dalam satu minggu untuk menjalankan pekerjaan masing-masing. Salah satu tujuan seseorang melangsungkan pernikahan adalah untuk memiliki anak. Pengalaman istri yang tidak memiliki anak dan menjalani pernikahan commuter adalah peristiwa-peristiwa yang dialami oleh istri terkait dengan keadaan tidak dimilikinya anak dan menjalani pernikahan commuter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman istri yang tidak memiliki anak dan menjalani pernikahan commuter serta alasan istri mempertahankan menjalani pernikahan commuter. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian berjumlah dua orang dengan usia pernikahan yang berbeda. Teknik pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling dan pengambilan data menggunakan metode wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa menjalani pernikahan commuter menyebabkan kedua subjek mengalami kekhawatiran akan kesehatan suami dan datangnya gangguan dari pihak lain, selain itu pada subjek pertama mengalami kesedihan, kesepian, dan kurangnya hubungan seksual, sedangkan subjek kedua mengalami peningkatan biaya komunikasi dan suami tidak selalu ada menemani, meski demikian kedua subjek mengalami peningkatan kemandirian, posisi kerja, dan penghasilan. Tidak dimilikinya anak diyakini sebagai kehendak Tuhan. Subjek pertama yang berusia 32 tahun masih berusaha memiliki anak dan memiliki rencana untuk mengadopsi anak, sedangkan subjek kedua berusia 43 tahun lebih pasrah menerima kondisi tidak memiliki anak. Kedua subjek tidak rela meninggalkan pekerjaan, selain itu subjek pertama memiliki kinginan untuk merawat ibu yang sakit, sedangkan subjek kedua mempertimbangkan anak yang di asuh bersekolah di Semarang sehingga kedua subjek memilih mempertahankan menjalani pernikahan commuter.
Fulltext View|Download
Keywords: Wife, Not Having Children, Commuter Marriage

Article Metrics:

  1. Alam, S. (2007). Infetil. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
  2. Aini, M.N. & Kholish, N. (2013). Solusi lengkap calon ibu. Yogyakarta: Real Books
  3. Dariyo, A. (2007). Psikologi perkembangan: Anak dibawah tiga tahun. Jakarta:Grasindo
  4. Demartoto, A. (2008). Dampak infertilitas terhadap perkawinan (suatu kajian perspektif gender).Laporan Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
  5. Dewi, N.K. (2013). Commuter marriage: Ketika berjauhan menjadi sebuah keputusan. Bandung: IPB
  6. Kartono K. (2004). Psikologi wanita 2: Mengenal wanita sebagai ibu dan nenek, Bandung: Mandar Maju
  7. Kertamuda, F. E. (2009). Konseling pernikahan untuk keluarga indonesia. Jakarta: Salemba Humanika
  8. Moleong, L. J. (2002). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya
  9. Monks, F,J., Koers, A.M.P., Haditono, S.R. (2006). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
  10. Musbikin, I. (2010). Panduan bagi ibu hamil & melahirkan. Yogyakarta:Mitra Pustaka
  11. Walgito, B. (2002). Bimbingan & konseling perkawinan. Yogyakarta: Andi Offset

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.