KAJIAN SEBARAN RUANG AKTIFITAS BERDASARKAN SENSE OF PLACE (RASA TERHADAP TEMPAT) PENGGUNA DI PECINAN SEMARANG
Abstract
Abstrak: Suatu tempat yang memiliki sense of place yang tinggi, maka akan mendorong orang diam disana dan tinggal lebih lama(Najavi, 2011: 192). Namun, yang terjadi di Pecinan justru sebaliknya. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, proporsi penduduk yang pindah mendominasi data demografi Pecinan Semarang. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji sebaran ruang aktifitas di Pecinan berdasarkan sense of place pengguna. Dalam konteks ini, sense of place pengguna akan menentukan bagaimana intensitas dalam beraktifitas di ruang-ruang yang terdapat di Pecinan Semarang. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan penelitian deduktif positivistic, dengan metode penelitian statistic deskriptif. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa temuan Najavi tersebut ternyata tidak berlaku di Pecinan Semarang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ruang-ruang yang memiliki sense of place tinggi, intensitas penggunaan ruangnya justru paling rendah dibanding ruang-ruang lain di Pecinan Semarang. Salah satunya ditemui pada ruang-ruang wisata budaya di Pecinan Semarang yang tersebar di Jalan Gg Warung, Gg Lombok, Gg Pinggir, Gg Cilik dan Wotgandul Timur.Sebaliknya, ruang-ruang yang memiliki intensitas penggunaan ruang sangat tinggi, justru sense of place-nya hanya tergolong sedang.Ini ditemui di ruang-ruang permukiman berupa ruko di Gg Pinggir dan Gg Baru serta ruang komersial berupa gudang di Gg Beteng, Gg Belakang, dan Kalikuping.Di Pecinan Semarang, aspek fisik, emosional, dan fungsional yang mengacu pada keunikan tempat cenderung lebih membantu pengguna untuk menyadari dan mengembangkan sense of place dibanding dengan pengalaman pengguna terhadap tempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan ruang aktifitas di Pecinan tidak berkaitan dengan sense of place pengguna di Pecinan Semarang.
Kata kunci :sebaran ruang aktifitas, sense of place, Pecinan Semarang
Abstract: A place which has high level of sense of place, encourage people to dwell and stay a little longer (Najavi, 2011: 192). But, the opposite occurred in Semarang Chinatown. In the last five years, the proportion of people who moved dominate the demographic in Semarang Chinatown. According to this, it is necessary to examine the distribution of activity space in Chinatown based on sense of place. In this regard, the sense of place will determine the intensity of use of space in Semarang Chinatown. To achiece this goal, researchers used deductive positivistic approach, with descriptive statistical research methods. The research proved that the statement whose claimed by Najavi does not fit in Semarang Chinatown. Spaces that have a strong sense of place, have the lowest intensity). These spaces are identified as space for cultural tourism which spread across Gg Warung, Gg Lombok, Gg Pinggir, Gg Cilik, and Wotgandul Timur. In the other hand, spaces that have moderate sense of place, has a very high intensity of use. These space are identified as shop house at Gg Pinggir and Gg Baru and warehouses in Gg Beteng, Gg Belakang, and Kalikuping. In Semarang Chinatown, physics, emotional, and functional aspects refers to uniqueness place which help people to develop sense of place rather than users experience with place. Thus, it can be concluded that intensity of use of activity space is not associated with the sense of place in Semarang Chinatown.
Keywords: distribution of activity space, sense of place, Semarang Chinatown
Full Text:
PDF