BibTex Citation Data :
@article{TPWK7290, author = {Ratri Adiana and Bitta Pigawati}, title = {KAJIAN PERKEMBANGAN KECAMATAN MIJEN SEBAGAI DAMPAK PEMBANGUNAN BUKIT SEMARANG BARU (BSB CITY)}, journal = {Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota)}, volume = {4}, number = {1}, year = {2015}, keywords = {Urbanisasi, Kawasan Pinggiran, Struktur Kota, Tata Guna Lahan.}, abstract = { isu urbanisasi Kota Semarang terkait tingginya pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1,7% pada tahun 2010 yang berdampak pada masalah keruangan. Jumlah penduduk yang tinggi menuntut ketersediaan tempat tinggal dengan segala sarana dan prasarana penunjangnya sebagai pusat aktivitas penduduk di kawasan tersebut. Dewasa ini peran kawasan pinggiran kota makin penting karena salah satu kecenderungan perkotaan adalah perpindahan penduduk dari inti kota ke pinggiran. Perkembangan kawasan pinggiran ini dapat dilihat dari pembangunan perumahan Kota Satelit yaitu Bukit Semarang Baru (BSB City, sehingga fenomena ini berdampak pada perkembangan di Kecamatan Mijen itu sendiri. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa karakteristik Kecamatan Mijen pada tahun 1999 memiliki struktur ruang berupa lahan yang masih pedesaan karena didominasi oleh lahan pertanian. Ketika pembangunan BSB City dimulai, lahan pertanian tersebut mengalami perubahan menjadi fungsi lahan perkotaan dengan pola jalan bersiku banyak ditemukan di area ini menunjukkan terdapat area permukiman terencana dengan pola perkembangan kota terpencar/tidak berpola. Pergeseran hirarki kota terjadi pada Kelurahan Jatisari, Kedungpane, Jatibarang, dan Mijen. Pada tahun 1999 lahan hutan sebesar 66% dari total luas Kecamatan Mijen yang kemudian menjadi 30% pada tahun 2011. Sedangkan peningkatan fungsi lahan permukiman dari 22% menjadi 59%, dan secara sosial ekonomi terjadi peningkatan tingkat pendapatan masyarakat yang disebakan oleh pergeseran mata pencaharian dari petani menjadi buruh. Selain itu juga a ngka migrasi n etto tertinggi pada Kelurahan Jatisari. }, issn = {2338-3526}, pages = {66--77} doi = {10.14710/tpwk.2015.7290}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/pwk/article/view/7290} }
Refworks Citation Data :
isu urbanisasi Kota Semarang terkait tingginya pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1,7% pada tahun 2010 yang berdampak pada masalah keruangan. Jumlah penduduk yang tinggi menuntut ketersediaan tempat tinggal dengan segala sarana dan prasarana penunjangnya sebagai pusat aktivitas penduduk di kawasan tersebut. Dewasa ini peran kawasan pinggiran kota makin penting karena salah satu kecenderungan perkotaan adalah perpindahan penduduk dari inti kota ke pinggiran. Perkembangan kawasan pinggiran ini dapat dilihat dari pembangunan perumahan Kota Satelit yaitu Bukit Semarang Baru (BSB City, sehingga fenomena ini berdampak pada perkembangan di Kecamatan Mijen itu sendiri. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa karakteristik Kecamatan Mijen pada tahun 1999 memiliki struktur ruang berupa lahan yang masih pedesaan karena didominasi oleh lahan pertanian. Ketika pembangunan BSB City dimulai, lahan pertanian tersebut mengalami perubahan menjadi fungsi lahan perkotaan dengan pola jalan bersiku banyak ditemukan di area ini menunjukkan terdapat area permukiman terencana dengan pola perkembangan kota terpencar/tidak berpola. Pergeseran hirarki kota terjadi pada Kelurahan Jatisari, Kedungpane, Jatibarang, dan Mijen. Pada tahun 1999 lahan hutan sebesar 66% dari total luas Kecamatan Mijen yang kemudian menjadi 30% pada tahun 2011. Sedangkan peningkatan fungsi lahan permukiman dari 22% menjadi 59%, dan secara sosial ekonomi terjadi peningkatan tingkat pendapatan masyarakat yang disebakan oleh pergeseran mata pencaharian dari petani menjadi buruh. Selain itu juga angka migrasi netto tertinggi pada Kelurahan Jatisari.
Article Metrics:
Last update: