skip to main content

Peran Mayarakat dalam Eksistensi Kampung Kota (Studi Kasus: Kampung Pelangi Kota Semarang)

*Fitriani Fitriani  -  Balai Konstruksi Wilayah III Kementerian PUPR Jakarta, Indonesia
Holi Bina Wijaya  -  Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Indonesia

Citation Format:
Abstract
Kampung Wonosari merupakan salah satu kampung yang dalam sejarahnya diperuntukkan sebagai kawasan pemakaman. Namun, lokasi Kampung Wonosari yang berada di pusat kota yang dekat dengan pusat pemerintahan, Tugu Muda, Lawang Sewu, sarana kesehatan RSUD Kariadi, serta pusat perniagaan pandanaran, menyebabkan berubahnya peruntukan Kampung Wonosari. Lambat laun Kampung Wonosari berubah dari dominasi lahan pemakaman kini didominasi menjadi lahan permukiman yang tidak tertata. Ekistensi kampung kota sebagai tempat bermukim yang berkualitas bagi masyarakat perkotaan dapat dilakukan melalui penggalian potensi dari berbagai sektor, tentu saja hal ini tidak lepas kaitannya dengan peran masyarakat didalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran masyarakat dalam eksistensi Kampung Pelangi di Kota Semarang. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada analisis eksistensi Kampung Pelangi sebagai kampung kota tergolong dalam kriteria kuat. Hal ini dikarenakan Kampung Pelangi dapat memberikan identitas pada suatu kota dimana masih terlihat wajah asli kampung yaitu ditandai dengan adanya makam bersejarah yang masih dilestarikan serta ikatan-ikatan sosial dan adat istiadat yang masih terjalin dalam masyarakat Kampung Pelangi. Kondisi ini tentunya berpengaruh berhadap peran masyarakat yang sudah berkontribusi tinggi terlibat dalam pelaksanaan aktivitas dan pembangunan di Kampung Pelangi. Dalam program pembentukan Kampung Pelangi masyarakat tidak ikut terlibat dalam inisiasi pembentukan Kampung Pelangi, pemerintahlah yang berperan penting mulai dari inisiasi, implementasi, dan monitoring.  Masyarakat hanya terlibat dalam pelaksanaan aktivitas pembangunan saja, sehingga inisiatif masyarakat masih hanya terbatas arahan pemerintah saja. Kondisi ini juga terkait dengan keberadaan organisasi lokal (pokdarwis) di Kampung Pelangi dimana  peran pokdarwis untuk pengembangan Kampung Pelangi hanya jika ada arahan dari kelurahan saja atau pemerintah kota semarang dalam mewujudkan Kampung Pelangi menjadi destinasi yang menarik untuk dikunjungi yang memang pada dasarnya sudah menjadi program pemkot Semarang. Meskipun begitu keberadaan pokdarwis cukup bermanfaat bagi masyarakat Kampung Pelangi yang berperan dalam pengadaan event-event kegiatan wisata. Sedangkan untuk penilaian kapasitas masyarakat sendiri berada pada kategori sedang. Kegiatan pengembangan kapasitas masyarakat  di Kampung Pelangi belum sepenuhnya berhasil mengatasi permasalahan Kampung Pelangi karena belum adanya monitoring secara berkelanjutan terkait program kegiatan dalam peningkatan kapasitas masyarakat. 

Note: This article has supplementary file(s).

Fulltext View|Download |  Research Instrument
Instument Survey Penelitian
Subject
Type Research Instrument
  Download (227KB)    Indexing metadata
 Research Instrument
Rekapitulasi Hasil Kuesioner
Subject
Type Research Instrument
  Download (499KB)    Indexing metadata
 Research Instrument
Rekapitulasi Hasil Wawancara
Subject
Type Research Instrument
  Download (265KB)    Indexing metadata
 Research Instrument
Form Observasi Penelitian
Subject
Type Research Instrument
  Download (663KB)    Indexing metadata
Keywords: Kampung Kota; Eksistensi Kampung; Peran Masyarakat;

Article Metrics:

  1. Florida, R. 2002. The Rise of the Creative Class. The Washington Monthly. Retrieved from https://washingtonmonthly.com/2001/05/01/the-rise-of-the-creative-class/
  2. Frank, F., & Smith, A. 1999. The community development handbook : A Tool to Build Communit Capacity. Ottawa: Human Resources Development Canada. Retrieved from https://ccednet-
  3. Idziak, W., Majewski, J., & Zmyś lony, P. 2013. Community participation in sustainable rural tourism experience creation: A long-term appraisal and lessons from a thematic villages project in Poland. Journal of Sustainable Tourism, 23(8–9), 1341–1362. doi: 10.1080/09669582.2015.1019513.
  4. Juwono, S., Soetomo, S., Suroyo, A., & Syahbana, J. A. 2009. Kampung Kuningan di Kawasan Mega Kuningan Jakarta Kebertahanan Kampung Dalam Perkembangan Kota (Doctoral Dissertation, Diponegoro University)
  5. Kustiwan, I., Ukrin, I., & Aulia, A. 2015. Identification of the Creative Capacity of Kampong’s Community towards Sustainable Kampong (Case Studies: Cicadas and Pasundan Kampong, Bandung): A Preliminary Study. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 184, 144–151. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.05.074
  6. Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
  7. Nassar, D. M., & Elsayed, H. G. 2017. From informal settlements to sustainable communities. Alexandria engineering journal. https://doi.org/10.1016/j.aej.2017.09.004
  8. Nemesis, Carlos. 2017. Deskriminalisasi Penuduk Kampung Kota. Dalam https://www.kompasiana.com/carlostondok/5a0d48dc5a676f6dbe37f744/dekriminalisasi-penduduk-kampung-kota?page=1. Diakses 10 Maret 2019
  9. Nugroho, A. C. (2009). Kampung kota sebagai sebuah titik tolak dalam membentuk urbanitas dan Ruang Kota Berkelanjutan. Jurnal Rekayasa, 13(3), 210–218
  10. Palapin, P. (2014). Forms of Promotion and Dissemination of Traditional Local Wisdom: Creating Occupations among the Elderly in Noanmueng Community , Muang Sub-District , Baan. International Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, Business and Industrial Engineering, 8(8), 2715–2718
  11. Pawitro, U. (2012). Masyarakat Kampung Kota-Kondisi Permukimannya dan Upaya Perbaikan Lingkungan Kampung Kota (Studi Kasus RW-12 Kel. Babakan Surabaya Kec. Kiaracondong Kota Bandung). In Seminar Regional Pembangunan Jawa Barat 2012
  12. Pemkot Semarang, 2016. http://gerbanghebat.semarangkota.go.id/home/hal-tematik/1
  13. Penataan Kawasan Kampung Pelangi Kelurahan Randusari Kecamatan Semarang Selatan. (2018). Dinas Penataan Ruang Kota Semarang
  14. Putra, B. A. (2013). The Survival Phenomenon of Kampong Kuningan Amidst The Development of Mega Kuningan Business-area in Jakarta. International Journal of Scientific & Engineering Research, 4, 1–6
  15. Roychansyah, M. S., & Diwangkari, A. (2009). Kampung Oriented Development Model: A Rapid Appraisal of Lokal Communities. In Proceeding of CIB-W110 Meeting and Conference “Sustainable Slum Upgrading in Urban Areas (pp. 119–134)
  16. Setiawan, B. (2010). Kampung kota dan kota kampung: Tantangan perencanaan kota di Indonesia. Yogyakarta. [Yogyakarta]: Universitas Gadjah Mada
  17. Soetomo, S. (2002). Dari Urbanisasi ke Morfologi Kota: Mencari Konsep Pembangunan Tata Ruang Kota yang Beragam. Universitas Diponegoro Presse, Semarang
  18. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
  19. Sujatini, S., P. Soemardi, T., Alamsyah, A. T., & D., L. (2015). Temporary Public Open Space as a Spatial Product on Social Life of City Kampong Community, Jakarta. International Journal of Engineering and Technology, 7(2), 156–159. https://doi.org/10.7763/IJET.2015.V7.785
  20. Sukmawati, A. M. A. (2017). Keberlanjutan Kampung Lama Berbasis Potensi Kearifan Lokal di Kota Semarang. EMARA Indonesian Journal of Architecture, 3(2), 53-60
  21. Widjaja, P. (2013). Kampung Kota Bandung, (1st ed). Yogyakarta: Graha Ilmu

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.