STRATEGI PENANGANAN GELANDANGAN DI KOTA SEMARANG
Abstract
Masalah sosial seperti gelandangan merupakan fenomena sosial yang tidak bisa
dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di daerah
perkotaan. Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan masalah ini adalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap meningkatnya
arus urbanisasi dari daerah pedesaan ke kota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan
penduduk. Terbatasnya lapangan pekerjaan, pengetahuan dan keterampilan menyebabkan
mereka banyak yang mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dan terpaksa menjadi
gelandangan. Jumlah gelandangan di Kota Semarang meningkat dari tahun 2009 ke 2010
yaitu sebanyak 44 orang menjadi 60 orang ini disebabkan Kota Semarang sebagai tujuan para
urban mencarari lapangan pekerjaan.
Penelitian ini mengidentifikasikan nilai-nilai strategis dalam penanganan gelandangan
di Kota Semarang, menganalisis lingkungan strategis dan merumuskan strategi yang dapat
berfungsi secara efektif dan efisien dalam penanganan gelandangan di Kota Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan metode
manajemen strategik untuk mengungkapkan isu-isu strategis secara intensif dan mendalam
dan komprehensif. Melalui Analisis SWOT dan Uji Litmus sebagai instrumen untuk
mengukur lingkungan dan mendapatkan strategi yang diperlukan dalam pengoptimalan dalam
penanganan gelandangan di Kota Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penanganan gelandangan di Kota
Semarang belum dapat dikatakan optimal, sehingga dibutuhkan strategi untuk meminimalisir
kondisi tersebut. Strategi yang disarankan adalah pengoptimalan peran Balai Among Jiwo
yang satu-satunya Balai yang dikelola oleh Pemerintah Kota Semarang tidak hanya untuk
tempat penampungan gelandangan psikotik saja, tetepi juga untuk gelandangan yang non
psikotik, serta meningkatkan kembali koordinasi dan kerjasama antara Satpol PP dalam
masalah operasi di lapangan.
dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di daerah
perkotaan. Salah satu faktor yang dominan mempengaruhi perkembangan masalah ini adalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan di Indonesia berdampak negatif terhadap meningkatnya
arus urbanisasi dari daerah pedesaan ke kota-kota besar, sehingga terjadi kepadatan
penduduk. Terbatasnya lapangan pekerjaan, pengetahuan dan keterampilan menyebabkan
mereka banyak yang mencari nafkah untuk mempertahankan hidup dan terpaksa menjadi
gelandangan. Jumlah gelandangan di Kota Semarang meningkat dari tahun 2009 ke 2010
yaitu sebanyak 44 orang menjadi 60 orang ini disebabkan Kota Semarang sebagai tujuan para
urban mencarari lapangan pekerjaan.
Penelitian ini mengidentifikasikan nilai-nilai strategis dalam penanganan gelandangan
di Kota Semarang, menganalisis lingkungan strategis dan merumuskan strategi yang dapat
berfungsi secara efektif dan efisien dalam penanganan gelandangan di Kota Semarang.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggunakan metode
manajemen strategik untuk mengungkapkan isu-isu strategis secara intensif dan mendalam
dan komprehensif. Melalui Analisis SWOT dan Uji Litmus sebagai instrumen untuk
mengukur lingkungan dan mendapatkan strategi yang diperlukan dalam pengoptimalan dalam
penanganan gelandangan di Kota Semarang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam penanganan gelandangan di Kota
Semarang belum dapat dikatakan optimal, sehingga dibutuhkan strategi untuk meminimalisir
kondisi tersebut. Strategi yang disarankan adalah pengoptimalan peran Balai Among Jiwo
yang satu-satunya Balai yang dikelola oleh Pemerintah Kota Semarang tidak hanya untuk
tempat penampungan gelandangan psikotik saja, tetepi juga untuk gelandangan yang non
psikotik, serta meningkatkan kembali koordinasi dan kerjasama antara Satpol PP dalam
masalah operasi di lapangan.
Keywords
Strategi Penanganan gelandangan, analisis SWOT, uji Litmus