BibTex Citation Data :
@article{JMR50555, author = {Fadil Apresia and Nazariano Rahman Wahyudi}, title = {Stabilitas Ekosistem Marikultur Udang Vannamei pada Komunitas Fitoplankton melalui Indeks Saprobik di Desa Kedongkelor, Kabupaten Pemalang}, journal = {Journal of Marine Research}, volume = {14}, number = {2}, year = {2025}, keywords = {Marikultur; Fitoplankton; Saprobik}, abstract = { Kolam marikultur yang mengalami akumulasi sisa pakan dari biota, seperti udang dibiarkan menumpuk sehingga berpotensi menjadi toksik akibat senyawa amonia dan nitrit yang tinggi, terutama jika tidak dilakukan pembersihan rutin serta pemberian probiotik guna menguatkan peran fitoplankton sebagai dekomposer. Kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif, khususnya terhadap mahluk renik dan biota marikultur dalam perairan. Keanekaragaman fitoplankton adalah mahluk alami yang digunakan sebagai dekomposisi zat-zat organik tanpa menyebabkan kualitas air menurun. Penelitian ini untuk mengetahui suatu komunitas fitoplankton di tambak udang vannamei di Desa Kedongkelor dengan masa pemeliharaan yang sudah berjalan selama 1 bulan (30 hari). Penelitian ini menggunakan metode analisis data untuk mendukung indeks ekologi seperti: indeks keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan saprobik. Hasil berdasarkan penelitian menunjukkan jenis fitoplankton memiliki kelimpahan yang berbeda berdasarkan presentase (%) yaitu Green Algae (GA) dengan 41,8, Bacillariophyceae dengan 23,7, Cyanophyceae dengan 29,3, Dinophyceae dengan 5,2. Kategori keanekaragaman fitoplankton tergolong rendah berdasarkan indeks diperoleh 1,22. Kategori keseragaman fitoplankton tergolong tinggi dan kategori dominansi fitoplankton tergolong tidak ada yang dominan. Kategori saprobik pada 4 kolam tergolong dalam pencemaran sedang (fase α-Mesosaprobik) dan berat (fase Polisaprobik). Mariculture Mariculture ponds that accumulate leftover feed from cultured organisms, such as shrimp, are often left unmanaged, leading to the potential buildup of toxic compounds, particularly ammonia and nitrite. This risk is exacerbated in the absence of regular cleaning and probiotic application, which otherwise support the role of phytoplankton as natural decomposers. Such conditions may have detrimental effects, especially on microfauna and cultured aquatic organisms. Phytoplankton diversity represents a natural mechanism for decomposing organic matter without compromising water quality. This study aims to assess the phytoplankton community structure in a vannamei shrimp pond located in Kedongkelor Village after one month (30 days) of cultivation. The study employed ecological index-based data analysis, including diversity, evenness, dominance, and saprobic indices. The findings revealed that phytoplankton abundance varied among groups, with the following relative percentages: Green Algae (GA) 41.8%, Bacillariophyceae 23.7%, Cyanophyceae 29.3%, and Dinophyceae 5.2%. The phytoplankton diversity index was categorized as low, with a value of 1.22. Evenness was classified as high, while dominance was negligible, indicating no single dominant group. Saprobic index analysis showed that water quality in the four ponds ranged from moderately polluted (α-Mesosaprobic phase) to heavily polluted (Polysaprobic phase). }, issn = {2407-7690}, pages = {277--282} doi = {10.14710/jmr.v14i2.50555}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jmr/article/view/50555} }
Refworks Citation Data :
Kolam marikultur yang mengalami akumulasi sisa pakan dari biota, seperti udang dibiarkan menumpuk sehingga berpotensi menjadi toksik akibat senyawa amonia dan nitrit yang tinggi, terutama jika tidak dilakukan pembersihan rutin serta pemberian probiotik guna menguatkan peran fitoplankton sebagai dekomposer. Kondisi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif, khususnya terhadap mahluk renik dan biota marikultur dalam perairan. Keanekaragaman fitoplankton adalah mahluk alami yang digunakan sebagai dekomposisi zat-zat organik tanpa menyebabkan kualitas air menurun. Penelitian ini untuk mengetahui suatu komunitas fitoplankton di tambak udang vannamei di Desa Kedongkelor dengan masa pemeliharaan yang sudah berjalan selama 1 bulan (30 hari). Penelitian ini menggunakan metode analisis data untuk mendukung indeks ekologi seperti: indeks keanekaragaman, keseragaman, dominansi dan saprobik. Hasil berdasarkan penelitian menunjukkan jenis fitoplankton memiliki kelimpahan yang berbeda berdasarkan presentase (%) yaitu Green Algae (GA) dengan 41,8, Bacillariophyceae dengan 23,7, Cyanophyceae dengan 29,3, Dinophyceae dengan 5,2. Kategori keanekaragaman fitoplankton tergolong rendah berdasarkan indeks diperoleh 1,22. Kategori keseragaman fitoplankton tergolong tinggi dan kategori dominansi fitoplankton tergolong tidak ada yang dominan. Kategori saprobik pada 4 kolam tergolong dalam pencemaran sedang (fase α-Mesosaprobik) dan berat (fase Polisaprobik).
Mariculture Mariculture ponds that accumulate leftover feed from cultured organisms, such as shrimp, are often left unmanaged, leading to the potential buildup of toxic compounds, particularly ammonia and nitrite. This risk is exacerbated in the absence of regular cleaning and probiotic application, which otherwise support the role of phytoplankton as natural decomposers. Such conditions may have detrimental effects, especially on microfauna and cultured aquatic organisms. Phytoplankton diversity represents a natural mechanism for decomposing organic matter without compromising water quality. This study aims to assess the phytoplankton community structure in a vannamei shrimp pond located in Kedongkelor Village after one month (30 days) of cultivation. The study employed ecological index-based data analysis, including diversity, evenness, dominance, and saprobic indices. The findings revealed that phytoplankton abundance varied among groups, with the following relative percentages: Green Algae (GA) 41.8%, Bacillariophyceae 23.7%, Cyanophyceae 29.3%, and Dinophyceae 5.2%. The phytoplankton diversity index was categorized as low, with a value of 1.22. Evenness was classified as high, while dominance was negligible, indicating no single dominant group. Saprobic index analysis showed that water quality in the four ponds ranged from moderately polluted (α-Mesosaprobic phase) to heavily polluted (Polysaprobic phase).
Article Metrics:
Last update: