skip to main content

Perubahan Lahan Mangrove di Pesisir Utara Teluk Banten

Amalia Narya Saleha  -  Program Studi Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
*Ferry Dwi Cahyadi scopus  -  Program Studi Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia
Agung Setyo Sasongko scopus  -  Program Studi Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Kawasan pesisir utara Teluk Banten Secara geografis mencakup 6 kecamatan yang mengalami peningkatan kegiatan industri sehingga mengancam ekosistem mangrove serta biota yang berasosiasi di dalam kawasan pesisir tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui luas lahan yang berubah dan genus mangrove yang beradaptasi di kawasan pesisir utara Teluk Banten. Metode penelitian yang dilakukan dalam kajian ini adalah kuantitatif deksriptif menggunakan analisis NDVI yang meliputi pengolahan data citra tahun 2017 dan 2022 menggunakan perangkat lunak ArcGIS kemudian dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui genus mangrove yang beradaptasi di kawasan tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa dari 6 kecamatan hanya ditemukan 3 kecamatan yang masih memiliki kawasan ekostem mangrove yaitu Kecamatan Kasemen, Pontang dan Tirtayasa. Sedangkan Kecamatan Pulo Ampel, Bojonegara dan Kramatwatu hampir didominasi oleh kawasan industri. Dalam waktu 5 tahun telah terjadi pengurangan luas lahan mangrove sebesar 1,027 ha dari total awal pada tahun 2017 seluas 39,794 ha. Kemudian, ditemukan 3 genus di ketiga kecamatan tersebut yang mana genus Rhizopora mendominasi di Kecamatan Kasemen, Pontang dan Tirtayasa. Setiap wilayah mempunyai potensi dan manfaat tertentu bagi biota dan manusianya demikian hal tersebut akan terus meningkatkan kesejahteraan apabila adanya semangat berkolaborasi antar sesama elemen masyrakat untuk terus menjaga ekosistem.

 

The coastal region of Banten Bay's northern area encompasses six sub-districts that are currently experiencing an increase in industrial activity. Unfortunately, this uptick poses a severe threat to the mangrove ecosystem and associated biota in the area. The aim of this research was to assess the extent of the land that has undergone changes and the mangrove genera that have adapted to the region. To achieve this, a descriptive quantitative method and NDVI analysis were utilized. Image data from 2017 and 2022 was processed using ArcGIS software, followed by field observations to identify the mangrove genus that is adapted to the area. The research findings indicate that only three of the six sub-districts (Kasemen, Pontang, and Tirtayasa) still have mangrove ecosystem areas, while the others (Pulo Ampel, Bojonegara, and Kramatwatu) are almost entirely dominated by industrial areas. The research also revealed that the area of mangrove land decreased by 1,027 ha over the past five years from the initial total of 39,794 ha in 2017. Furthermore, the study identified three genera in the three sub-districts, with the Rhizopora genus being the most dominant in Kasemen, Pontang, and Tirtayasa. Each region has unique potential and benefits for its biota and humans, making it crucial to continue collaborating and protecting the ecosystem to ensure the area's continued prosperity.

Fulltext View|Download
Keywords: Mangrove; NDVI; Teluk Banten

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.