skip to main content

Penilaian Stok Karbon Ekosistem Padang Lamun Di Pesisir Tukak, Kabupaten Bangka Selatan

*Handika Saputra  -  Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Indonesia
Mohammad Agung Nugraha  -  Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Indonesia
M'ualimah Hudatwi  -  Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung, Indonesia

Citation Format:
Abstract

Lamun memiliki peranan penting sebagai penyerap CO2 di lautan dan disebut dengan istilah karbon biru yang dapat dimanfaatkan dalam proses fotosintesis. Padang lamun memiliki kemampuan menyimpan dan menyerap karbon yang befungsi untuk mengurangi dampak dari pemanasan global. Dampak pemanasan global terhadap lingkungan dapat menyebabkan kenaikan permukaan air laut serta peningkatan keasaman air laut. Pantai Tukak berada di selatan Pulau Bangka. Pantai Tukak memiliki banyak potensi perikanan dan kelautan di ekosistem pesisir, salah satunya ekosistem padang lamun. Selain itu, adanya aktifitas pemukiman, pariwisata, tambak udang, pelabuhan dan penangkapan ikan diestimasi akan mempengaruhi ekosistem padang lamun di Pantai Tukak. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji stok karbon pada biomassa dan substrat padang lamun di Pantai Tukak, Kabupaten Bangka Selatan. Metode yang digunakan untuk mengetahui nilai biomassa dan karbon adalah metode pengeringan dan pengabuan. Untuk mengidentifikasi tutupan lamun menggunakan metode transek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomassa lamun berkisar 474,29-1590,48 gbk/m, sedangkan pada substrat lamun berkisar 46,29-47,54 gC/m2. Nilai stok karbon 39,37 tonC/Ha dengan luas 211.483 Ha. Cadangan karbon yang tersimpan di padang lamun dipengaruhi oleh luas lamun dan kerapatan lamun. Spesies lamun yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu Thallassia hemprhicii, Enhalus acoroides, Cymodocea serrulate, dan Halophila uninervis. Untuk kerapatan lamun diperoleh nilai berkisar antara 0,36-152,97 tegakan/m2 sedangkan tutupan lamun di Pantai Tukak berkisar 8,31%-78,81% pada setiap stasiun.

 

 

Seagrass has an important role as a CO2 absorber in the ocean and is called blue carbon which can be utilized in the photosynthesis process. Seagrass have the ability to store and absorb carbon which functions to reduce the impact of global warming. The impact of global warming on the environment can cause sea levels to rise and sea water acidity to increase. Tukak Beach is in the south of Bangka Island. Tukak Beach has a lot of fisheries and marine potential in coastal ecosystems, one of which is the seagrass ecosystem. Apart from that, residential activities, tourism, shrimp ponds, ports and fishing are estimated to affect the seagrass ecosystem on Tukak Beach. The aim of this research is to assess carbon stocks in biomass and seagrass substrates on Tukak Beach, South Bangka Regency. The method used to determine biomass and carbon values is the drying and ashing method. To identify seagrass cover using the transect method. The research results showed that seagrass biomass ranged from 474.29 to 1590.48 gC/m2, while seagrass substrate ranged from 46.29 to 47.54 gC/m2. The carbon stock value is 39.37 tonC/Ha with an area of 211,483 Ha. Carbon reserves stored in seagrass beds are influenced by seagrass area and seagrass density. The seagrass species found at the research location were Thallassia hemprhicii, Enhalus acoroides, Cymodocea serrulate, and Halophila uninervis. For seagrass density, values obtained ranged from 0.36-152.97 stands/m2, while seagrass cover at Tukak Beach ranged from 8.31%-78.81% at each station.

 

Fulltext View|Download
Keywords: Biomassa; Karbon; Lamun; Substrat

Article Metrics:

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.