skip to main content

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI TUJUAN MASTERY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA NEGERI I TAHUNAN DI KABUPATEN JEPARA

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 24 Aug 2013.

Citation Format:
Abstract

Di dalam dunia pendidikan, belajar tidak lepas dari orientasi tujuan belajar. Salah satu orientasi tujuan belajar yang dimiliki oleh siswa adalah orientasi tujuan mastery. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara orientasi tujuan mastery dengan kematangan karir pada siswa SMA Negeri I Tahunan di Kabupaten Jepara.

Populasi dalam penelitian ini adalah 319 siswa dengan jumlah sampel 172 siswa. Penentuan sampel menggunakan Cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Orientasi Tujuan Mastery terdiri dari 37 aitem (α=0,895) dan Skala Kematangan Karir terdiri dari 26 aitem (α=0,854). Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan adanya hubungan positif dan sangat signifikan antara orientasi tujuan mastery dengan kematangan karir yang ditunjukkan oleh angka korelasi rxy = 0,543 pada p = 0,000 (p<0,01) sehingga hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara orientasi tujuan mastery dengan kematangan karir pada siswa SMA Negeri I Tahunan di Kabupaten Jepara dapat diterima.

Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara orientasi tujuan mastery dengan kematangan karir pada siswa SMA Negeri I Tahunan di Kabupaten Jepara. Artinya semakin tinggi orientasi tujuan mastery maka akan semakin tinggi kematangan karir, sebaliknya semakin rendah orientasi tujuan mastery maka akan semakin rendah kematangan karirnya. Sumbangan efektif orientasi tujuan mastery dengan kematangan karir sebesar 29,5% sedangkan 70,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.
Fulltext View|Download
Keywords: Kematangan Karir, Orientasi Tujuan Mastery, Siswa SMA

Article Metrics:

  1. Azwar, S. (2007). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  2. Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pusataka Pelajar
  3. Badan Pusat Statistik. (2011, November 7). Kondisi ketenagakerjaan dan pengangguran jawa tengah agustus 2011. Diunduh dari: http://www.bps.go.id/brs_file/naker-21nov11.pdf
  4. Fuhrmann, B.S. (1990). Adolesence, Adolesence (2 nd ed). London: Scott, Foresman/Little, Brown Higher Education
  5. Hayadin. (2005). Pengambilan keputusan untuk profesi pada siswa jenjang pendidikan menengah (survei pada SMA, MA, dan SMK di Jakarta). Diunduh dari: http://petamasadepanku.net/search/artikel-hasil-penelitiantentang-pendidikan-kejuruan/
  6. Kendharwati, L., & Jatnika, R. (2001). Model pembinaan remaja dalam rangka mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran
  7. Patton, W., & McMahon, M. (1999). Career development and systems theory. Washington: Brook/Cole Publishing Company
  8. Santrock, J. W. (2003). Adolescence. Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga
  9. Santrock, J.W. (2008). Educational psychology (3 rd ed). New York: Mc. Grow Hill
  10. Santrock. J.W. (2008). Remaja. Jakarta: Erlangga
  11. Savickas, M. L. (2001). A development perspective on vacational behavior: Career pattern, saliera, themes. International Journal for Educational and Vocational Guidance, 1, 49-57
  12. Seligman, L. (1994). Development career counseling and assesment (2nd ed). Thousand Oasks: Sage
  13. Slavin, R. E. (2009). Psikologi pendidikan teori dan praktek. Jakarta: PT Indeks
  14. Winkel, W. S. & Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
  15. Woolfolk, A. (2010). Educational psychology. New Jersey: Person Educational Inc

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.