Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia
BibTex Citation Data :
@article{EMPATI7358, author = {Evi Pujiyanti and Kartika Dewi and Costrie Widayanti}, title = {PROFESI GURU YANG DIJALANI PENYANDANG TUNARUNGU}, journal = {Jurnal EMPATI}, volume = {2}, number = {3}, year = {2013}, keywords = {profesi guru, penyandang tunarungu}, abstract = { Keterbatasan pendengaran yang dimiliki penyandang tunarungu berpengaruh terhadap tugas perkembangan hidupnya, namun hal tersebut ternyata tidak menghalangi penyandang tunarungu untuk dapat berprofesi sebagai guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai profesi guru yang dijalani oleh penyandang tunarungu. Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Subjek kasus penelitian ini adalah penyandang tunarungu yang berprofesi guru, laki-laki dewasa madya yang telah berkeluarga, memenuhi kriteria diagnosis tunarungu serta tidak memiliki gangguan psikopatologis selain tunarungu,. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang tunarungu pernah menjalani jenis profesi lain sebelum berprofesi sebagai guru. Profesi guru diperoleh setelah melakukan pendekatan terhadap siswa dan mengajukan diri langsung ke sekolah. Profesi guru yang dipilih penyandang tunarungu muncul karena motivasi intrinsik seperti rasa pesimis bekerja di tempat lain, kepedulian dan keinginan memajukan penyandang tunarungu, serta motivasi ekstrinsik, yakni tuntutan kepala keluarga sebagai pencari nafkah dan status PNS. Tantangan internal yang dihadapi selama menjadi guru yaitu,rasa terpaksa, kesejahteraan kurang terpenuhi, dan reaksi emosi berupa marah dan kesal terhadap siswa. Tantangan eksternal yang dihadapi ialah hambatan diangkat PNS, keterbatasan komunikasi siswa, dan gangguan tambahan siswa penyandang tunarungu. Keputusan bertahan menjadi guru dipengaruhi oleh faktor internal, yakni penyesuaian diri, komitmen, spiritual focus coping , bangga serta tenang menjadi guru dan PNS. Kesempatan memperoleh gaji yang lebih besar ketika diangkat PNS kelak merupakan faktor eksternal untuk bertahan menjadi guru.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lingkungan memandang profesi guru yang dijalani penyandang tunarungu sebagai bentuk pengabdian, pemberdayaan alumni, prestasi, dan jalan untuk mencari nafkah. }, issn = {2829-1859}, pages = {351--360} doi = {10.14710/empati.2013.7358}, url = {https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati/article/view/7358} }
Refworks Citation Data :
Keterbatasan pendengaran yang dimiliki penyandang tunarungu berpengaruh terhadap tugas perkembangan hidupnya, namun hal tersebut ternyata tidak menghalangi penyandang tunarungu untuk dapat berprofesi sebagai guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai profesi guru yang dijalani oleh penyandang tunarungu.
Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan studi kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Subjek kasus penelitian ini adalah penyandang tunarungu yang berprofesi guru, laki-laki dewasa madya yang telah berkeluarga, memenuhi kriteria diagnosis tunarungu serta tidak memiliki gangguan psikopatologis selain tunarungu,.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyandang tunarungu pernah menjalani jenis profesi lain sebelum berprofesi sebagai guru. Profesi guru diperoleh setelah melakukan pendekatan terhadap siswa dan mengajukan diri langsung ke sekolah. Profesi guru yang dipilih penyandang tunarungu muncul karena motivasi intrinsik seperti rasa pesimis bekerja di tempat lain, kepedulian dan keinginan memajukan penyandang tunarungu, serta motivasi ekstrinsik, yakni tuntutan kepala keluarga sebagai pencari nafkah dan status PNS. Tantangan internal yang dihadapi selama menjadi guru yaitu,rasa terpaksa, kesejahteraan kurang terpenuhi, dan reaksi emosi berupa marah dan kesal terhadap siswa. Tantangan eksternal yang dihadapi ialah hambatan diangkat PNS, keterbatasan komunikasi siswa, dan gangguan tambahan siswa penyandang tunarungu. Keputusan bertahan menjadi guru dipengaruhi oleh faktor internal, yakni penyesuaian diri, komitmen, spiritual focus coping, bangga serta tenang menjadi guru dan PNS. Kesempatan memperoleh gaji yang lebih besar ketika diangkat PNS kelak merupakan faktor eksternal untuk bertahan menjadi guru.Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa lingkungan memandang profesi guru yang dijalani penyandang tunarungu sebagai bentuk pengabdian, pemberdayaan alumni, prestasi, dan jalan untuk mencari nafkah.
Article Metrics:
Last update:
Jurnal Empati by https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/empati is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
The Authors submitting a manuscript do so on the understanding that if accepted for publication, the copyright of the article shall be assigned to Jurnal Empati and Faculty of Psychology, Universitas Diponegoro as the publisher of the journal. Copyright encompasses rights to reproduce and deliver the article in all forms and media, including reprints, photographs, microfilms, and any other similar reproductions, as well as translations.
Jurnal Empati and the Faculty of Psychology, Universitas Diponegoro, and the Editors make every effort to ensure that no wrong or misleading data, opinions, or statements be published in the journal. In any way, the contents of the articles and advertisements published in Jurnal Empati are the sole and exclusive responsibility of their respective authors and advertisers.
The Copyright Transfer Form can be downloaded here: [Copyright Transfer Form Jurnal Empati]. The copyright form should be signed originally, scanned, and uploaded as a supplementary file when submitting the manuscript.
Jurnal EMPATI published by Faculty of Psychology, Diponegoro University