slot gacor slot gacor hari ini slot gacor 2025 demo slot pg slot gacor slot gacor
MEMAHAMI MAKNA MENJADI PRIA METROSEKSUAL | Triswidiastuty | Jurnal EMPATI skip to main content

MEMAHAMI MAKNA MENJADI PRIA METROSEKSUAL

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Indonesia

Published: 30 Apr 2015.

Citation Format:
Abstract
Tujuan dari penelitian dengan studi fenomenologis ini adalah untuk memahami makna menjadi pria metroseksual. Pria metroseksual diartikan sebagai pria yang hidup di kota besar, memiliki pendapatan sendiri, peduli terhadap penampilan maupun kesehatan dirinya dan menggunakan pakaian yang sesuai dengan tren yang sedang berkembang. Subjek penelitian ini adalah tiga orang pria yang termasuk dalam kategori pria metroseksual. Profesi ketiga subjek antara lain sebagai dosen, pelatih sepak bola, dan penyiar radio. Penemuan subjek dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penggunaan metode yang digunakan dalam menganalisis adalah dengan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Pendekatan dengan metode IPA dalam proses analisis membantu peneliti untuk memahami dan menjelaskan lebih dalam mengenai proses dan penyebab menjadi pria metroseksual berdasarkan pengalaman yang diceritakan oleh subjek dalam bentuk wawancara dan observasi..Hasil penelitian ini membahas tentang pengalaman menjadi pria metroseksual. Peneliti menemukan setiap subjek memiliki kesamaan dalam proses menjadi pria metroseksual antara lain memperhatikan penampilan, membentuk tubuh ideal, dan mengikuti perkembangan gaya berpakaian. Pengalaman tersebut menjadi kesatuan dalam memahami makna menjadi pria metroseksual.
Fulltext View|Download
Keywords: metrosexual man, lifestyle.

Article Metrics:

  1. Adlin, Alfathri. (2006). Resistensi gaya hidup : Teori dan realitas. Yogyakarta : Jalasutra
  2. Barnard, Malcolm. (2011). Fashion sebagai komunikasi. Yogyakarta : Jalasutra
  3. Feist, J & Feist, G. J. (2011). Teori kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika
  4. Handoko, C.T. (2004). Metroseksualitas dalam iklan sebagai wacana gaya hidup postmodern. Nirmana, Vol 6, No 2, Juli: 132-142
  5. Herdiansyah, Haris. (2012). Metodologi penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta : Salemba Humanika
  6. Hurlock, E.B. (2002). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga
  7. Kartajaya, H., Yuswohady, D., Madyani, M., Christynar, & Indrio, B.D (2004). Metrosexual in venus: pahami perilakunya, bidik hatinya, menangkan pasarnya. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi
  8. Kartajaya, H. (2006). Hermawan kartajaya on marketing mix. Jakarta : PT Mizan Pustaka
  9. Khoo, M., & Karan, K. (2007). Macho or metroseksual: the branding of masculinity in FHM magazines in Singapura. Journal intercultural communication studies XVI:1
  10. Kunto, Y.S., & Khoe, I.K. ( 2007). Analisis pasar pelanggan pria produk facial wash di kota Surabaya. Jurnal manajemen pemasaran, Vol 2, No 1, April: 21-30
  11. Kurniawan, F.A. (2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif pria metroseksual. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : Universitas Katolik Soegijapranata
  12. Moleong, L.J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
  13. Perdani, D. P. (2009). Kepuasan body image pada mahasiswa yang menggunakan body piercing. Jurnal Psikologi Vol 7, No 1
  14. Petova, S.S. (2012). Perilaku konsumtif terhadap fashion pada pria metroseksual yang berpenghasilan pas-pasan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Universitas Gunadarma
  15. Smith, J.A. (2009). Psikologi kualitatif panduan praktis metode riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
  16. Swistinawati, I.G. (2009). Kecerdasan emosional pria metroseksual. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Universitas Gunadarma

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.