skip to main content

STRATEGI LOBI DAN NEGOSIASI SERIKAT PEKERJA DALAM MANAJEMEN KRISIS PERUSAHAAN (STUDI KASUS STRATEGI LOBI DAN NEGOSIASI FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERTAMINA BERSATU (FSPPB) DALAM PROSES ALIH KELOLA BLOK MAHAKAM)

*DEWI NUR CAHYANINGSIH  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP
Lintang Ratri Rahmiaji  -  Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP

Citation Format:
Abstract

Pertamina merupakan BUMN yang sering menjadi sorotan karena berbagai krisis besar yang
dialaminya. Kasus krisis paling menarik adalah proses alih kelola Blok Mahakam yang telah
bergulir selama delapan tahun terakhir walaupun kini Pertamina sudah mendapat payung
hukum dari pemerintah. Proses alih kelola Blok Mahakam menimbulkan berbagai reaksi, ada
yang bersikap mendukung dan meragukan jika pengelolaan Blok Mahakam yang semula
dilakukan oleh Total dan Inpex diambil alih oleh Pertamina. Manajemen krisis umumnya
dilakukan oleh public relation (PR), namun di Pertamina yang berperan adalah serikat
pekerja. Peneliti ingin mengetahui peranan Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu
(FSPPB) dalam manajemen krisis perusahaan melalui strategi lobi dan negosiasi pada kasus
alih kelola Blok Mahakam.
Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus.
Peneliti menggunakan teknik penjodohan pola (pattern matching) untuk menghubungkan
data-data kualitatif yang didapatkan dengan konsep yang sudah dibangun pada kerangka
pemikiran. Subjek yang diteliti adalah serikat pekerja yang tergabung dalam FSPPB dan
stakeholder krisis Blok Mahakam.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah FSPPB dalam kasus Blok Mahakam melakukan
peranan manajemen krisis dengan strategi lobi dan negosiasi ke berbagai stakeholder.
Strategi lobi yang dilakukan terdiri dari pendekatan brainstorming, pengondisian,
networking, institution building, cognitive problem, five breaking, manipulasi kekuatan, cost
and benefit, dan futuristik atau antisipatif. Strategi negosiasi yang dilakukan ialah win-lose,
di mana pihak FSPPB sebagai pihak yang menang sedangkan Kementerian ESDM sebagai
pihak yang kalah. Adapun teknik-teknik yang digunakan adalah membuat agenda berupa
forum-forum resmi, membuat tenggat waktu dengan intimidasi, good guy bad guy dengan
bertukar peran tertentu (wiseman, sniper, pengamat), dan meminta konsesi kepada
Kementerian ESDM dan Direksi Pertamina. FSPPB melakukan lobi dan negosiasi kepada
para stakeholder karena mempunyai peranan dalam manajemen krisis perusahaan.
Penelitian ini menambahkan konsep bahwa serikat pekerja dapat mempunyai peranan dalam
manajemen krisis perusahaan. Peranan tersebut akan semakin besar dengan adanya
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang memuat peran-peran istimewa serikat pekerja,
sehingga dapat memperkuat bargaining position serikat pekerja dalam melakukan
manajemen krisis perusahaan. Di Pertamina, FSPPB mempunyai peran istimewa untuk
menjaga kelangsungan bisnis perusahaan dan mengupayakan kedaulatan energi Indonesia.
Adapun strategi lobi yang paling dominan dan efektif dilakukan oleh FSPPB dalam kasus ini
2
adalah pendekatan manipulasi kekuatan, sedangkan untuk strategi negosiasinya adalah winlose
dengan teknik good guy bad guy.

Fulltext View|Download
Keywords: lobi, negosiasi, FSPPB, Pertamina, Blok Mahakam

Last update:

No citation recorded.

Last update:

No citation recorded.